Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Salah satu dari tiga festival utama Hokuriku, Kuil Mikuni (Kota Mikuni, Kota Sakai, Perfektur Fukui), memiliki festival besar Festival Mikuni yang dibuka pada tanggal 19 Mei 2020.
Namun kini hanya memamerkan tanpa digotong-gotong tanpa di arak-arak sebagai antisipasi pandemi Corona.
"Adanya pandemi Corona ini membuat kami hanya memamerkan saja perangkat festival tersebut," papar Kunisaka seorang anggota panitia festival kepada Tribunnews.com Rabu ini (20/5/2020).
Dengan enam pelampung boneka berani (Yama) dipajang di hanggar bangsal, warga datang untuk memotret saja, selfi dengan perangkat tersebut, gerobak yang biasanya didorong-dorong dan atasnya berisi boneka besar pajangan berbagai rupa.
Setiap tahun, pada tengah hari ini (20/5/2020) semestinya kota tua Kota Mikuni ramai. Tetapi tahun ini adalah tahun kesabaran, karena adanya pandemi Corona, sehingga suasanya menjadi tenang kali ini dengan model pameran tersebut saja.
Properti budaya tak berwujud yang ditunjukkan di perfektur itu khususnya dalam rangka Festival Mikuni, menghentikan Mikoshi (arak-arakan) dan berbagai peristiwa, termasuk mengapung yang memiliki sejarah sekitar 260 tahun, dan hanya menampilkan pelampung (semacam ogoh-ogoh).
Angka float tahun ini adalah "Tadakatsu Honda" di Iwasaki -ku, "Kanshincho" di Nakamoto-ku, "Mitsuhide Akechi" dari Shikoku Festival, "Taiko Toyotomi Hideyoshi" di daerah Masago, "Shingen Takeda" di daerah Shimonishiki, dan daerah Matsugashita.
Sekitar pukul 10 pagi Rabu ini (20/5/2020) pintu-pintu hanggar berisi pelampung dibuka sekaligus, dan pelampung-pelampung tradisional kebanggaan warga setempat yang telah disiapkan dan diproduksi selama sekitar satu tahun diperlihatkan.
Di depan kuil, orang tua dan anak-anak datang dan beramai-ramai menatap pelampung dalam cuaca yang berkeringat (agak panas).
Asosiasi promosi mendedikasikan "Mitsuhide Akechi" untuk drama NHK Taiga "Kirin datang".
Mengendarai kuda putih, dengan wajah yang bagus dan pengerjaan yang hidup. Seorang pria (25) dari "Asosiasi Mobil Terapung" yang membuatnya merasa kecewa bahwa "Saya senang hanya karena berbentuk indah. Sebenarnya saya hanya ingin melihat pelampung itu berjalan beriring-iringan ke dalam kota."
Setiap tahun, seorang pria wiraswasta (70) hadir ke sana ke depan sebuah kuil, tempat enam kendaraan hias berkumpul. Menurutnya, "Saya tidak bisa mengendalikan kesepian kendaraan hias dan Hayashikata. Saya ingin suasana tersebut bisa kembali segera."
Kuil Shinto Mikuni setiap tahun, biasanya empat gadis setempat biasanya mengabdikan diri untuk tarian "Urayasu no Mai". Tetapi karena liburan yang panjang, harus berdiam di rumah, mereka tidak bisa mengikuti, dan guru perempuan (20) menunjukkan tarian lentur.
Selama periode tersebut, asosiasi promosi menyerukan langkah-langkah pencegahan infeksi menyeluruh seperti mengenakan masker ketika mengamati kendaraan hias tersebut.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com