News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polisi yang Terlibat Tewasnya George Floyd Rupanya Punya Catatan Buruk, Sering Bertindak Semena-mena

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

2 polisi yang terlibat kasus tewasnya George Floyd rupanya punya catatan buruk, keduanya sering memperlakukan terduga pelalu kriminal semena-mena

TRIBUNNEWS.COM - Dua  polisi yang terlibat kasus tewasnya George Floyd rupanya punya catatan buruk, keduanya sering memperlakukan terduga pelalu kriminal dengan semena-mena.

Video pria kulit hitam di Minneapolis, AS bernama George Floyd viral di media sosial dan memancing amarah netizen.

Dalam video viral itu, George Floyd tampak dibekuk dan dijatuhkan ke tanah oleh polisi, sementara kedua tangannya diborgol ke belakang.

Saat tak bisa bergerak, seorang polisi menekan leher George Floyd dengan lututnya hingga akhirnya George Floyd tak bisa bernapas kemudian meninggal dunia.

Baca: Pria Kulit Hitam Tewas Tercekik setelah Lehernya Ditekan Polisi, Sudah Memohon Ampun tapi Diabaikan

Baca: George Floyd Tewas Tercekik saat Dibekuk Polisi, 3 Orang Kulit Hitam Ini Juga Alami Nasib Serupa

Insiden George Floyd

Insiden ini terjadi pada 25 Mei lalu, saat pria Afrika-Amerika George Floyd ke sebuah toko untuk membeli sesuatu.

Dilansir NBC News, George Floyd diduga membayar dengan uang 20 dollar palsu.

George kemudian masuk ke mobil.

Polisi kemudian datang dan George diminta keluar dari mobil dan langsung diborgol.

Menurut Insider, rekaman CCTV di restoran sekitar menunjukkan George Floyd sebenarnya tidak berontak saat ditahan polisi.

Namun, seorang polisi bernama Derek Chauvin langsung membekuk George dengan cara yang tak manusiawi.

Saat lehernya ditindih, George Floyd terdengar merintih dan terus berkata "Saya tak bisa bernapas, Pak Polisi."

Setelah ditindih seperti itu selama sekitar 8 menit, George Floyd kemudian tak bergerak lagi.

Ia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, tapi dinyatakan meninggal dunia tak lama kemudian.

Tim pemadam kebakaran Minneapolis menyebut, denyut nadi George Floyd sudah tak ada saat ia diangkat masuk ke dalam ambulans.

Pemeriksa medis mengatakan, mereka akan segera merilis hasil autopsi George.

Teknik yang Dilakukan Polisi Itu Tidak Diajarkan di Akademi Kepolisian

Maria Haberfeld

Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah cara menahan yang dilakukan polisi Derek Chauvin itu diajarkan di akademi kepolisian.

Maria Haberfeld, mantan sersan mengatakan belum pernah melihat teknik penahanan seperti itu.

Selama bertahun-tahun, Maria Haberfeld belajar, mengajar, dan menulis tentang penggunaan kekuatan di departemen kepolisian di AS dan luar negeri.

Kepada Buzzfeed, Maria mengatakan, ada beberapa teknik kuncian yang sah yang melibatkan tekanan di leher seseorang.

"Tetapi semakin saya menonton video, terbukti bahwa dia sedang menghancurkan leher [George Floyd]. Sejauh yang saya tahu, itu bukan taktik pelatihan yang sah pada tahun 2020," ujar Maria.

Identitas Polisi Kulit Putih dan Polisi Asia Terungkap

Nama-nama petugas polisi yang terlibat dalam insiden ini telah bocor ke publik.

Polisi kulit putih yang menyebabkan tewasnya George Floyd diidentifikasi bernama Derek Chauvin.

Sementara polisi lain, yang menyaksikan langsung insiden itu bernama Tou Thao.

Dua petugas ini rupanya telah menerima serangkaian pengaduan dari publik.

Namun sebagian besar keluhan itu tidak ditanggapi lebih lanjut.

Derek Chauvin: 17 keluhan

Derek Chauvin

Menurut SCMP, Derek Chauvin (44) adalah veteran yang telah bekerja selama 19 tahun.

Tercatat ada sejumlah insiden yang mencakup tiga insiden penembakan (satu fatal) dan 17 keluhan.

Sebanyak 16 dari pengaduan itu ditutup tanpa tindakan apa-apa.

Pada 2006, Derek dan 5 petugas lainnya bekerja sambilan sebagai penjaga di sebuah klub Latin.

Di sana, mereka mengejar terduga pelaku penusukan.

Ketika terduga pelaku itu mengarahkan senapannya ke arah polisi, Derek dan petugas lainnya langsung menembaknya beberapa kali.

Tersangka meninggal setelah menerima beberapa tembakan.

Pada 2008, Derek menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Ketika ia tiba, pelaku telah mengunci dirinya ke kamar mandi tetapi Derek memaksa masuk.

Pelaku berkelut dengan Derek dan mencoba mengambil pistol polisi.

Derek mendapatkan pistolnya terlebih dahulu dan menembak pelaku dua kali.

Pada 2011, Derek mengejar seorang pria Amerika asli di sebuah kompleks perumahan setelah mereka melihatnya berlari dengan pistol.

Salah satu petugas menembak pria itu tetapi pria itu selamat.

Menurut Daily Beast, Derek dan petugas lainnya juga mengejar sebuah mobil pada 2005 yang kemudian menabrak dan membunuh tiga orang.

Tou Thao: 6 Keluhan

Tou Thao

Tou Thao memulai kariernya di bidang penegakan hukum sebagai petugas layanan masyarakat.

Ia masuk akademi polisi pada 2009 dan diberhentikan setahun kemudian.

Pada 2012, ia kembali ke departemen.

Enam pengaduan telah diajukan kepadanya, tapi lima di antaranya ditutup tanpa ada tindak lanjut.

Pada pagi hari tanggal 7 Oktober 2014, pria bernama Lamar Ferguson sedang berjalan pulang dengan pacarnya yang sedang hamil 8 bulan.

Mereka tiba-tiba dihentikan oleh dua petugas, salah satunya adalah Tou Thao.

Kedua petugas mulai memeriksa pasangan itu tanpa penjelasan.

Tou kemudian mengatakan, ada surat perintah penangkapan Lamar (yang ternyata tidak ada) lalu memborgolnya.

Sambil menginterogasi Lamar, Tou menjatuhkan Lamar ke tanah dan mulai meninju dan menendangnya.

Sementara petugas lainnya menendang wajah Lamar.

Lamar dibawa ke rumah sakit untuk perawatan medis.

Tapi ketika ia dipulangkan dari rumah sakit, kedua petugas polisi itu tidak mengizinkan Lamar berpakaian.

Mereka mempermalukan Lamar dengan membawanya ke penjara hanya dengan kaus dan celana dalamnya.

Kasus ini diselesaikan di pengadilan pada tahun 2017 dengan Lamar mendapat kompensasi 25.000 dolat AS (Rp366 miliar).

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini