Laporan wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Ada solidaritas, kesedihan dan kemarahan di London pada Rabu (3/6/2020), ketika ribuan orang muda berunjuk rasa untuk memprotes pembunuhan warga Afrika-Amerika, George Floyd dalam tahanan polisi Amerika Serikat (AS).
"Saya telah melihat video mengenai kejadian ini di media sosial dan itu benar-benar trauma bersama," kata Sharleen, 18, yang bergabung dengan aksi unjuk rasa di Hyde Park.
Baca: Jokowi Pasang Target Baru: Uji Spesimen Virus Corona 20.000 per Hari
"Semua teman saya, sejak ini, kita tidak merasakan hal yang sama. Ini seperti rasa sakit yang melalui kita semua pada waktu yang sama," jelasnya.
"Itu berubah dari kemarahan ke kesedihan, itu hanya sesuatu yang Anda tidak bisa menjelaskannya," ucapnya.
Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika yang tidak bersenjata, meninggal pada 25 Mei di Minneapolis, setelah polisi kulit putih berlutut di lehernya selama hampir sembilan menit.
Insiden, yang ditangkap di kamera, telah memicu aksi unjuk rasa protes luar biasa di seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia.
Di London, demonstran melalui ibukota menuju kantor Perdana Menteri Boris Johnson di Downing Street.
Aksi ini berjalan damai. Demonstran mengelu-elukan nama Floyd saat mereka berjalan dan kendaraan yang berpapasan dengan mereka membunyikan klakson bentuk dukungan.
"Ini adalah gerakan yang penting," ucap Lisa Ncuka, seorang mahasiswa berusia 26 tahun, kepada AFP.
"Setiap orang harus berada di sini berjuang untuk kesetaraan. Ini bukan hanya masalah AS, tapi seluruh duniadan kita perlu datang bersama-sama dan menyebarkan kesadaran ini."
Ribuan demonstran meneriakkan, "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian."
Banyak demonstran mengenakan masker wajah dan berpakaian merah.
Beberapa spanduk bertuliskan slogan seperti: "rasisme adalah isu global " dan "jika Anda tidak marah, Anda tidak punya perhatian."
Mereka mengelu-elukan nama "George Floyd " dan menyerukan "Peduli hidup warga kulit hitam".
"Kami datang ke sini bersama teman kami untuk membunyikan alarm, untuk membongkar sistem supremasi," kata kordinator aksi, Koromah.