News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusuh di Amerika Serikat

George Floyd Rupanya Sudah Dinyatakan Positif Virus Corona Sejak April, Terungkap dari Hasil Autopsi

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

George Floyd dan polisi yang membunuhnya, Derek Chauvin. - George Floyd Rupanya Sudah Dinyatakan Positif Virus Corona Sejak April, Terungkap dari Hasil Autopsi

TRIBUNNEWS.COM - Hasil autopsi penuh George Floyd, pria kulit hitam yang meninggal setelah ditekan lehernya oleh polisi, telah dirilis Kamis (4/6/2020).

Di dalam laporan hasil autopsi itu terdapat beberapa rincian klinis, termasuk fakta bahwa George Floyd sebelumnya dinyatakan positif Covid-19.

Seperti yang dilaporkan TIME, laporan setebal 20 halaman itu ditulis oleh Kantor Pemeriksa Medis Hennepin dengan izin keluarga.

Sebelumnya, otoritas resmi merilis ringkasan pemeriksaan pada hari Senin yang menyatakan bahwa George Floyd mengalami serangan jantung ketika ditahan oleh petugas.

Baca: Pengamat Soroti Demo Bela George Floyd: Apa Pendemo Juga Perjuangkan Hak Polisi Korban Kericuhan?

Pria Kulit Hitam Tewas Tercekik setelah Lehernya Ditekan Polisi, Sudah Memohon Ampun tapi Diabaikan (Kolase Tribunnews/CBS)

Mereka kemudian menggolongkan kematiannya pada 25 Mei itu sebagai pembunuhan.

Video dari netizen memperlihatkan polisi Minneapolis Derek Chauvin menekan lututnya di leher Floyd.

Derek amengabaikan tangisan Floyd "Aku tidak bisa bernapas" sampai akhirnya Floyd berhenti bergerak dan meninggal dunia.

Insiden itu memicu protes nasional.

Beberapa unjuk rasa berujung kekerasan.

Baca: Kisah Wartawan Kulit Putih Ditindih Polisi saat Demo Bela George Floyd, Dipenjara Bersama 15 Orang

Rincian Klinis Autopsi George Floyd

George Floyd (Ben Crump Law/NY Post)

Laporan oleh Kepala Pemeriksa Medis Andrew Baker menjabarkan rincian klinis.

Ia menyatakan George Floyd dinyatakan positif Covid-19 pada 3 April tetapi tanpa gejala.

Laporan itu juga mencatat paru-paru Floyd tampak sehat meski ada penyempitan pembuluh darah di jantung.

Laporan ringkasan negara bagian sebelumnya telah mencantumkan keracunan fentanyl dan penggunaan metamfetamin sebagai penyebab kematian di bawah kategori "kondisi signifikan lainnya" dan bukan di bawah kategori "penyebab kematian."

Catatan kaki laporan lengkap mencatat bahwa tanda-tanda keracunan fentanyl meliputi "depresi pernapasan parah" dan kejang.

Jaksa Agung Minnesota Keith Ellison pada hari Kamis (4/6/2020) meningkatkan dakwaan terhadap Derek Chauvin menjadi pembunuhan tingkat 2, dan juga mendakwa tiga petugas lainnya di tempat kejadian karena membantu dan bersekongkol.

Sementara itu, ketiga polisi lainnya yang terlibat kematian George Floyd juga sudah ditahan.

Tiga mantan polisi Minneapolis yang didakwa membantu pemunuhan George Floyd kini telah berada dalam tahanan, NY Post mengabarkan.

Otoritas Minnesota merilis mugshot atau foto Thomas Lane, J. Alexander Kueng dan Tou Thao mengenakan pakaian penjara berwarna oranye.

Baca: Huru-hara AS: Patung Kontroversional Mantan Wali Kota Philadelphia Frank Rizzo Diturunkan

Thomas Lane, J. Alexander Kueng dan Tou Thao

Para mantan polisi itu didakwa membantu dan bersekongkol dalam pembunuhan tingkat dua George Floyd pada 25 Mei lalu.

George Floyd saat itu diduga menggunakan uang palsu $20 di sebuah toko grosir sehingga polisi langsung meringkusnya.

Jaksa juga meningkatkan dakwaan tertinggi terhadap mantan polisi Derek Chauvin dari pembunuhan tingkat tiga menjadi pembunuhan tingkat dua.

Chauvin juga telah ditahan dengan jaminan $500.000 sejak penangkapannya Jumat lalu atas tuduhan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan tingkat dua.

Baca: Ceraikan Derek Chauvin, Kellie Chauvin Tak Akan Tuntut Bantuan Finansial Apapun

Catatan Buruk Derek Chauvin dan Tou Thao di Kepolisian

Sebelum terjadinya kasus George Floyd, Derek Chauvin dan Tou Thao sering mendapat keluhan atau pengaduan dari publik tenang cara mereka menangani kriminal.

Namun sebagian besar keluhan itu tidak ditanggapi lebih lanjut.

Derek Chauvin: 17 keluhan

Derek Chauvin

Menurut SCMP, Derek Chauvin (44) adalah veteran yang telah bekerja selama 19 tahun.

Tercatat ada sejumlah insiden yang mencakup tiga insiden penembakan (satu fatal) dan 17 keluhan.

Sebanyak 16 dari pengaduan itu ditutup tanpa tindakan apa-apa.

Pada 2006, Derek dan 5 petugas lainnya bekerja sambilan sebagai penjaga di sebuah klub Latin.

Di sana, mereka mengejar terduga pelaku penusukan.

Ketika terduga pelaku itu mengarahkan senapannya ke arah polisi, Derek dan petugas lainnya langsung menembaknya beberapa kali.

Tersangka meninggal setelah menerima beberapa tembakan.

Pada 2008, Derek menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Ketika ia tiba, pelaku telah mengunci dirinya ke kamar mandi tetapi Derek memaksa masuk.

Pelaku berkelut dengan Derek dan mencoba mengambil pistol polisi.

Derek mendapatkan pistolnya terlebih dahulu dan menembak pelaku dua kali.

Pada 2011, Derek mengejar seorang pria Amerika asli di sebuah kompleks perumahan setelah mereka melihatnya berlari dengan pistol.

Salah satu petugas menembak pria itu tetapi pria itu selamat.

Menurut Daily Beast, Derek dan petugas lainnya juga mengejar sebuah mobil pada 2005 yang kemudian menabrak dan membunuh tiga orang.

Tou Thao: 6 Keluhan

Tou Thao

Tou Thao memulai kariernya di bidang penegakan hukum sebagai petugas layanan masyarakat.

Ia masuk akademi polisi pada 2009 dan diberhentikan setahun kemudian.

Pada 2012, ia kembali ke departemen.

Enam pengaduan telah diajukan kepadanya, tapi lima di antaranya ditutup tanpa ada tindak lanjut.

Pada pagi hari tanggal 7 Oktober 2014, pria bernama Lamar Ferguson sedang berjalan pulang dengan pacarnya yang sedang hamil 8 bulan.

Mereka tiba-tiba dihentikan oleh dua petugas, salah satunya adalah Tou Thao.

Kedua petugas mulai memeriksa pasangan itu tanpa penjelasan.

Tou kemudian mengatakan, ada surat perintah penangkapan Lamar (yang ternyata tidak ada) lalu memborgolnya.

Sambil menginterogasi Lamar, Tou menjatuhkan Lamar ke tanah dan mulai meninju dan menendangnya.

Sementara petugas lainnya menendang wajah Lamar.

Lamar dibawa ke rumah sakit untuk perawatan medis.

Tapi ketika ia dipulangkan dari rumah sakit, kedua petugas polisi itu tidak mengizinkan Lamar berpakaian.

Mereka mempermalukan Lamar dengan membawanya ke penjara hanya dengan kaus dan celana dalamnya.

Kasus ini diselesaikan di pengadilan pada tahun 2017 dengan Lamar mendapat kompensasi 25.000 dolat AS (Rp366 miliar).

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini