Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI - Ketegangan meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China pasca AS diketahui meningkatkan kerja sama militernya dengan Taiwan, wilayah yang diklaim China sebagai teritorinya.
AS memang telah sering berinteraksi dengan Taiwan sejak Tsai Ing-wen terpilih kembali sebagai pemimpin regional pulau itu.
Baca: Jet tempur China Dekati Taiwan usai Pesawat Militer AS Melintas
Pada hari itu, Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan 18 torpedo berat yang memiliki teknologi canggih MK-48 Mod6 serta peralatan pendukung dengan harga sekitar 180 juta dolar AS kepada Taiwan.
Sesaat setelah transaksi itu, otoritas pertahanan Taiwan mengatakan bahwa Taiwan sedang dalam proses membeli rudal Harpoon berbasis darat dari AS.
Media Taiwan melaporkan, kapal perusak peluru kendali US Arleigh Burke, USS Russell, pada Kamis lalu pun melakukan transit melalui Selat Taiwan di jalur ke tujuh.
Dikutip dari laman Globaltimes.cn, Rabu (10/6/2020), seorang pakar militer China Song Zhongping mengatakan bahwa sorti penerbangan terbaru dari jet tempur Su-30 milik Tentara Pembebasan China (PLA) diperlukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan perang terkait potensi terjadinya konflik militer di Selat Taiwan saat ketegangan terus meningkat.
Pesawat PLA biasanya menahan diri saat melakukan misi yang berhubungan dengan Taiwan, seperti terbang di sisi daratan China ke 'garis tengah' Selat.
Namun kali ini, mereka terbang ke 'wilayah udara' barat daya pulau itu untuk menunjukkan tekad dan kemampuan PLA dalam mengusir AS.
"Langkah ini diprediksi akan menjadi lebih sering dan rutin dilakukan PLA," kata Song.
Sebelum melakukan pemantauan dadakan menggunakan Su-30, PLA juga sering mengirim pesawat tempurnya termasuk pesawat bomber H-6, pesawat peringatan dini KJ-500 dan jet tempur J-11 ke wilayah dekat Taiwan pada tahun ini terkait misinya.
Tidak hanya itu, PLA juga menampilkan kapal perangnya.
Baru-baru ini, PLA juga telah mengadakan latihan pendaratan secara intensif bersama Angkatan Laut China, termasuk menampilkan beberapa tank amfibi yang menyerbu pantai, kapal-kapal sipil mengangkut tank dan kendaraan lapis baja melintasi laut.
Langkah ini disebut para ahli sebagai sinyal dalam mengirimkan peringatan kepada separatis Taiwan.
Sementara itu juru bicara PLA dan delegasi Kepolisian Bersenjata Rakyat untuk sesi ke-3 Kongres Rakyat Nasional (NPC) ke-13, Wu Qian mengatakan kepada media di sela-sela sesi NPC pada Mei lalu bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari China.
"Bersinggungan dengan Taiwan adalah urusan dalam negeri China, dan China tidak akan menerima campur tangan asing. China tidak akan mengizinkan siapapun, organisasi apapun, negara atau partai politik manapun untuk memisahkan bagian manapun dari wilayah China dengan cara apapun," kata Wu.
Ia menyebut PLA memiliki kemauan yang keras, penuh keyakinan dan kemampuan yang cukup untuk menggagalkan segala upaya yang dilakukan pihak asing untuk menghancurkan China.
"PLA akan mengambil tindakan apapun yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial China, serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," tegas Wu.