News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inggris Berlakukan Karantina Mandiri Bagi Kedatangan Internasional, Apa Kata Bos Heathrow?

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Heathrow Express

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Aturan karantina baru yang diberlakukan pemerintah Inggris diprediksi dapat melumpuhkan sektor penerbangan dan pariwisata di negara itu.

Ini akan berdampak pula pada menghilangnya ratusan ribu bahkan jutaan pekerjaan.

Seperti yang disampaikan Kepala Eksekutif Bandara Heathrow London, John Holland-Kaye.

"Kita tidak bisa terus seperti ini sebagai sebuah negara. Kita perlu mulai merencanakan untuk membuka kembali perbatasan kita," kata Holland-Kaye kepada Sky News pada hari Senin lalu.

Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (10/6/2020), ia kemudian mendorong agar aktivitas penerbangan bisa dipulihkan agar tidak berdampak pada hilangnya jutaan pekerjaan.

"Jika kita tidak membuat penerbangan aktif kembali secara cepat dengan cara yang sangat aman, maka kita akan kehilangan ratusan ribu bahkan jutaan pekerjaan di Inggris hanya pada saat kita perlu membangun kembali ekonomi negara ini," tegas Holland-Kaye.

Inggris sebelumnya telah memperkenalkan periode karantina mandiri selama 14 hari untuk kedatangan internasional pada hari Senin lalu.

Aturan ini tetap diterapkan meskipun ada peringatan dari maskapai terbesarnya, British Airways bahwa langkah itu akan memusnahkan industri pariwisata domestik dan merugikan kegiatan ekspor.

Di bawah aturan baru ini, warga negara Inggris dan penumpang internasional yang bepergian ke negara itu menggunakan pesawat, kapal feri maupun kereta api, harus mengisi formulir sebelum kedatangan mereka.

Mereka juga harus menulis rincian alamat di mana mereka akan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari ke depan.

Menurut Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel, langkah itu dirancang untuk mencegah terjadinya gelombang kedua virus corona (Covid-19).

Mereka yang tidak memberikan informasi secara akurat akan didenda hingga 1.000 poundsterling atau setara 1.270 dolar Amerika Serikat (AS).

Undang-undang (UU) baru ini telah memicu kritikan dari banyak maskapai.

Maskapai seperti British Airways, Easyjet hingga Ryanair menggambarkan pemerintah Inggris menerapkan aturan yang tidak adil dan tidak proporsional.

Ketiga maskapai ini pun telah mengirimkan 'surat protokol tindakan' yang nantinya akan diikuti oleh tindakan hukum pula.

CEO Ryanair Michael O'Leary mengatakan bahwa maskapainya tidak akan membatalkan penerbangan meskipun karantina diberlakukan.

Ia menilai aturan baru itu hanya merupakan 'aksi politik' saja, memperingatkan bahwa karantina ini tidak akan berpengaruh karena banyak wisatawan Eropa akan tetap pergi mengunjungi Inggris.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini