Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Pabrikan pesawat Amerika Serikat (AS), Boeing telah melaporkan jumlah pembatalan pesanan pesawat mencapai dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pemesanan.
Termasuk penggantian slot pengiriman 747 kargo untuk United Parcel Service (UPS), perusahaan pengantar barang terbesar di dunia.
Sedangkan jumlah pesanan yang diterima pada Mei 2020, hanya sebanyk 9 unit pesawat angkut baru.
Menurut Boeing, pesanan yang dibatalkan itu termasuk diantaranya 14 dari 737 Max jet yang masih di-grounded.
Penghitungan pesanan Boeing untuk 2020 saat ini berada pada minus 602.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (11/6/2020), pabrikan ini memiliki 58 pesanan baru, sedangkan 322 jet telah dibatalkan secara resmi, dan 338 pesanan digolongkan sebagai produk yang tidak cukup kuat untuk dihitung sebagai jaminan resmi.
Tumpukan pesanan total pabrikan ini pun dikurangi menjadi 4.744 pesawat, ini merupakan angka terendah sejak 2013 silam.
Turunnya permintaan untuk perjalanan udara karena pandemi virus corona (Covid-19) pun telah menyebabkan terjadinya pembatalan pesanan oleh para pelanggan.
Baca: Dikandangkan di Banyak Negara, 737 Max Kembali Diproduksi oleh Boeing
Baca: Boeing Memulai Kembali Produksi 737 MAX Jet Liner
Hal yang lebih menyedihkan adalah 737 MAX yang menjadi pesawat penumpang terlaris Boeing, telah di-grounded selama lebih dari setahun setelah terjadinya dua kecelakaan mematikan dalam kurun waktu kurang dari enam bulan.
Pasca di-grounded, Boeing telah berjuang untuk memperbaiki sistem keselamatan yang disebut menjadi penyebab kecelakaan itu.
Kendati demikian, pabrikan ini terus memproduksi 737 MAX dengan harapan bahwa 'hukuman' itu akan segera berakhir.
Boeing juga harus menghentikan produksinya pada Januari 2020, karena pesawat pesanan yang tidak terkirim karena pembatalan itu telah menumpuk di seluruh fasilitasnya.
Sebelumnya, Boeing telah mengumumkan rencananya untuk memangkas tenaga kerjanya sebanyak 16.000 melalui kebijakan dirumahkan secara sukarela dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Hal itu dipicu krisis yang berdampak pada industri penerbangan karena pandemi corona.
Nyaris 10.000 karyawan disebut akan kehilangan pekerjaannya di Boeing, terhitung mulai dua bulan mendatang.