TRIBUNNEWS.COM - Ledakan mematikan terjadi di sebuah masjid di barat ibukota Afghanistan, Kabul di tengah salat Jumat.
Sedikitnya empat orang meninggal dan delapan mengalami luka-luka, sebagaimana dijelaskan pihak kementerian dalam negeri Afghanistan.
"Bahan peledak yang ditempatkan di dalam Masjid Sher Shah Suri meledak saat salat Jumat," jelas pernyataan dari kementerian, dikutip Al Jazeera.
Salah satu korban tewas adalah imam masjid, Azizullah Mofleh.
Juru bicara kementerian dalam negeri, Tariq Arian mengatakan polisi sudah menutup lokasi kejadian.
Baca: Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Janji akan Bebaskan 2.000 Tahanan Taliban
Baca: Rayakan Idulfitri, Kelompok Taliban dan Pasukan Afganistan Gencatan Senjata Selama 3 Hari
Selain itu para korban sudah dipindahkan ke ambulans menuju rumah sakit terdekat.
Arian mengatakan insiden ledakan itu terjadi di sebuah lingkungan mewah.
Tidak ada kelompok yang secara terang-terangan mengklaim jadi otak peledakan masjid itu.
Namun pada awal bulan ini ada kejadian yang sama di masjid lain dan ISIL atau ISIS mengklaim tindakan itu.
Diketahui kelompok ISIS memiliki basis di Provinsi Nangarhar, Afghanistan Timur.
"Yang menarik, setiap kali Anda memiliki proses perdamaian mendapatkan momentum dan langkah, Anda memiliki serangan semacam ini di negara ini," Habib Wardak, seorang analis keamanan nasional yang berbasis di Kabul.
"Kelompok Negara Islam mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi pekan lalu di sebuah masjid di Kabul."
"Jadi terlepas dari kenyataan bahwa Anda memiliki berita dan konferensi pers dari pemerintah bahwa mereka telah menghilangkan ISIL, bagaimana mereka dapat melakukan operasi yang sedemikian canggih?" tambahnya.
Sementara itu, Taliban dengan cepat menjauhkan diri dari kejadian ledakan maut itu.
Dalam postingan media sosial juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahed mengatakan serangan ini adalah bagian dari persekongkolan oleh musuh pada saat yang krusial ketika pembicaraan damai sedang berlangsung.
Pemerintah Afghanistan menyebut serangan itu tidak manusiawi dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Pendapat ini diamini perwakilan sipil NATO di Kabul yang menekankan agar pelaku diadili.
"Ketika kita menghadapi peluang historis untuk perdamaian, peneror tidak bisa dibiarkan mengganggu itu. Kami berdiri dengan #Afghanistan dalam perang melawan teror," katanya di Twitter.
Ledakan pada Jumat ini memiliki kesamaan dengan insiden serupa pada awal bulan Juni.
Sebuah ledakan meluluhlantakkan sebuah masjid besar di Kabul hingga membunuh ulama besar Afghanistan, Maulvi Ayaz Niazi.
"Dalam serangan ini, imam tampaknya menjadi sasaran, bukan orang banyak."
"Mereka adalah para imam yang telah mendukung proses perdamaian dengan gerakan Taliban," kata Wardak.
Baca: Afghanistan akan Bebaskan 900 Tahanan Taliban, Gencatan Senjata Mungkin Diperpanjang
Baca: Tampil Sebagai Relawan ISIS di Facebook, Pemuda Asal Kalimantan Barat Diamankan Densus 88
Kekerasan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir di Afghanistan dengan sebagian besar serangan diklaim oleh afiliasi ISIL.
Amerika Serikat menyalahkan kelompok bersenjata itu atas serangan mengerikan bulan lalu di sebuah rumah sakit bersalin di ibu kota yang menewaskan 24 orang, termasuk dua bayi dan beberapa ibu baru.
Afiliasi ISIL juga bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah bus yang membawa wartawan di Kabul pada 30 Mei, menewaskan dua orang.
Sementara itu, AS berusaha menengahi pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk mengakhiri perang selama 18 tahun.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)