TRIBUNNEWS.COM - Wali Kota Seoul Park Won Soon ditemukan tewas di lereng Gunung Bugak, Korea Selatan.
Jenazahnya ditemukan setelah pencarian selama berjam-jam.
CNN melaporkan, tubuh Park Won Soon ditemukan pada Jumat tengah malam (10/7/2020).
Lokasi penemuan mayat Park Won Soon berdekatan dengan kediamannya di Jongno-gu.
Baca: Wali Kota Seoul, Park Won Soon Ditemukan Meninggal di Gunung Usai Pamit Aneh Ini pada Putrinya
Baca: Wali Kota Seoul Diduga Bunuh Diri, Pesan Terakhir via Telfon dan Pakai Baju Serba Hitam saat Pergi
Pihak kepolisian menolak dimintai keterangan soal penyebab kematian Park Won Soon dengan alasan privasi.
Terkait kematian Wali Kota Seoul ini, berikut ini fakta-fakta yang Tribunnews rangkum:
Jika Terbukti Bunuh Diri, Menambah Profil Petinggi yang Mengambil Nyawanya Sendiri
Yonhap mengabarkan, kematian Wali Kota Seoul ada dugaan bunuh diri.
Jika Park Won Soon terbukti bunuh diri, Wali Kota Seoul itu akan menambah daftar polisiti Korea Selatan berprofil tinggi yang mengambil nyawanya sendiri.
Baca: Pesan Terakhir Wali Kota Seoul Park Won Soon sebelum Ditemukan Meninggal, Pamit kemudian Hilang
Baca: Wali Kota Seoul Park Won-soon Ditemukan Meninggal Dunia di Gunung Bugak
Dilaporkan Hilang oleh sang Putri
Lebih lanjut, Wali Kota Seoul berusia 64 tahun itu pertama kali dilaporkan hilang oleh sang putri.
AFP melaporkan, Park Won Soon meninggalkan pesar yang terdengar seperti kata-kata terakhir.
Putrinya menjelaskan, ponsel Wali Kota Seoul itu pun dimatikan.
Dicari Lebih dari 700 Personil Polisi
Pencarian Park Won Soon dilakukan selama berjam-jam.
Kurang lebih 700 personil polisi dan petugas pemadam kebaranan menyusur Gunung Bugak selama tujuh jam.
Tubuh Park Won Soon ditemukan anjing penyelamat dan diidentifikasi petugas kebakaran.
Perjalanan Karier Park Won Soon, Dikenal sebagai Kandidat Potensial Presiden Korea Selatan
Park Won Soon merupakan politisi dengan citra yang tinggi dan dinilai berhasil mengelola ibukota Seoul selama hampir satu dekade.
Bahkan Park Won Soon seringkali disebut kandidat potensial untuk menggantikan Presiden Moon Jae-in di pemilihan berikutnya.
Menurut AFP, Park Won Soon mengakui bahwa dia punya ambisi untuk maju di putaran presiden Korsel.
Park Won Soon memiliki latar belakang yang mirip dengan Moon sebagai aktivis mahasiswa di masa kediktatoran militer Korea Selatan dan kemudian seorang pengacara hak asasi manusia.
Dia dikeluarkan dari Universitas Nasional Seoul hanya sebulan setelah masuk, tepatnya di 1975.
Lantaran Park andil dalam protes melawan presiden Korsel saat itu, Park Chung-hee dan dipenjara selama empat bulan.
Singkat cerita, Park sering mengikuti gerakan rakyat untuk mendukung reformasi Korea Selatan.
Park memulai debutnya di dunia politik saat mengikuti pemilihan wali kota Seoul pada 2011 sebagai kandidat independen.
Dalam perjalanan kariernya, Park mendapat reputasi sebagai atasan yang gila kerja.
Hingga muncul laporan sejumlah pegawai pemerintah Seoul yang bunuh diri karena tekanan pekerjaan.
Dituduh Melakukan Pelecehan Seksual
Sebelum ditemukan meninggal, seorang mantan pegawainya mengajukan keluhan ke polisi dan menuduhnya melakukan pelecehan seksual pada Rabu (8/7/2020).
Lalu pada Kamisnya, Wali Kota Seoul itu mengabarkan dirinya sakit dan membatalkan semua jadwal untuk hari itu.
Polisi mengonfirmasi ada pengaduan terhadap Park, tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut
Laporan lokal mengatakan sekretaris menuduh Park beberapa kali melakukan kontak fisik sejak dia mulai bekerja dengannya pada 2017.
Polisi mengatakan, wanita itu mengirimkan bukti pesan Park yang sudah dipindahkan ke Telegram kepada polisi.
Pergi Pukul 10.44 pagi Waktu Seoul, Pakai Baju Serba Hitam
Wali Kota Seoul itu meninggalkan rumahnya di Gahoe-dong pada pukul 10.44 pagi waktu Seoul.
Menurut Korea Herald, Park Won Soon mengenakan topi hitam, celana panjang hitam, dan jaket gelap serta membawa ransel.
Menurut polisi, Park Won Soon terakhir kali terlihat dalam CCTV keamanan adalah ketika berjalan melintasi Taman Waryong di Seongbuk-dong pada pukul 10.53.
Kepergian Park meninggalkan seorang istri, seorang putra, dan satu orang putri.
(Tribunnews/Andari Wulan Nugrahani/Ika Nur Cahyani)