TRIBUNNEWS.COM – Rusia dan Amerika Serikat saling berlomba untuk menjual senjata kepada India saat negara tersebut tengah berupaya meningkatkan pasokan militernya guna menghadapi China.
Pekan lalu, Pemerintah India telah menyetujui proposal untuk mengakuisisi 33 pesawat tempur Rusia baru senilai 2,4 miliar USD dan meningkatkan 59 lagi.
Sebelumnya, kedua negara juga melakukan kesepakatan senilai 5,43 miliar USD untuk sistem rudal pertahanan udara S-400.
Hal tersebut dilakukan India setelah bentrokan berdarah dengan China di perbatasan yang disengketakan oleh kedua negara.
Namun, karena kedekatan hubungan antara Rusia dengan China telah menimbulkan pertanyaan bagi sebagian orang India.
Sementara di sisi lain, Amerika Serikat yang telah meningkatkan hubungan dengan New Delhi melalui strategi Indo-Pasifik, telah mendorong penjualan senjata ke India.
"Banyak yang percaya bahwa India tidak boleh meletakkan semua telurnya dalam satu keranjang, melainkan terus mengikuti jalan tengah dengan mendorong keterlibatan dengan Rusia dan Amerika Serikat," kata Rajeswari Pillai Rajagopalan, seorang rekan dan kepala Nuklir terkemuka di New Delhi, seperti dilansir oleh South China Morning Post.
Baca: China Berikan Tanggapan ‘Pedas’ soal Ajakan AS dalam Perundingan Nuklir: Kami Tidak Tertarik
Baca: AS Minta PBB Perpanjang Embargo Senjata terhadap Iran, Rusia: AS Meletakkan Lutut di Leher Teheran
Sejauh ini, India adalah pembeli teratas di pasar senjata internasional, dengan impor miliaran dolar setiap tahunnya.
Dalam 10 tahun terakhir, India telah menghabiskan lebih banyak uang untuk pembelian senjata asing daripada negara lain di dunia, menurut Stockholm International Peace Research Institute.
Sementara itu, Rusia telah menjadi pemasok utama ke India sejak era Soviet.