TRIBUNNEWS.COM - Banjir bandang dan tanah longsor menewaskan sekira 21 orang dan membuat ratusan orang kehilangan rumahnya di Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Pejabat berwenang mengatakan, tim penyelamat tengah melanjutkan pencarian 23 orang hilang.
Bencana alam yang terjadi di Luwu Utara, Sulawesi Selatan ini pun tak luput dari sorotan media asing Al Jazeera, Rabu (15/7/2020).
Al Jazeera melaporkan, banjir yang dipicu hujan lebat sejak Senin malam menyebabkan tiga sungai meluap.
Baca: BNPB Mencatat 21 Orang Meninggal Dunia Akibat Banjir Bandang di Luwu Utara
Baca: Dua Mayat Perempuan Ditemukan, Korban Tewas Banjir Bandang di Luwu Utara 17 Orang
Sejak itu, lebih dari 4.000 penduduk di enam kecamatan Luwu Utara terdampak banjir.
Lebih lanjut, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Raditya Jati angkat bicara.
Jati menerangkan, Rabu (15/7/2020), lumpur menutup akses ke jalan utama ke kabupaten Luwu Utara.
"Pembaruan terbaru dari BNPB, 21 orang tewas dan kami tengah mencari 23 orang," ungkap Jati.
Baca: PMI Sulsel Salurkan Bantuan Bencana Banjir Bandang di Luwu Utara
Ratusan Rumah, Kantor Pemerintah Dikepung Lumpur
Selanjutnya, ratusan rumah hingga kantor pemerintahan dikabarkan terkepung lumpur akibat banjir.
Meski lokasi dipenuhi lumpur, penduduk desa yang mengungsi mencari peralatan masak dan barang lainnya untuk dibawa ke penampungan sementara.
Mengutip dari Channel News Asia, banjir bandang juga mengganggu landasan pacu bandara setempat.
Baca: Media Asing Sorot Banjir Bandang di Luwu Utara, Sekira 21 Orang Dilaporkan Meninggal
Baca: Korban Tewas di Luwu Utara 32 Orang dan 16 Orang Masih Belum Diketahui Nasibnya
Di satu desa, foto-foto menunjukkan rumah rusak dan truk serta kendaraan lain terendam lumpur tebal,
"Saya harap kita dapat bersatu agar segera pulih," ungkap Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah kepada Kompas TV.
Badan SARS mengatakan, hampir 1.600 orang mengungsi ke tempat pengungsian sementara.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)