TRIBUNNEWS.COM - Afghanistan mengadakan pertemuan besarĀ yang dikenal sebagai Loya Jirga di Kabul, Jumat (7/8/2020) untuk memutuskan nasib 400 tahanan Taliban.
Ke-400 tahanan Taliban itu akan dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian damai yang ditandatangani antara Afghanistan dan Amerika Serikat (AS).
Sebagai catatan, kesepakatan yang dimaksud disahkan pada Februari lalu.
Isinya adalah menentapkan 5.000 tahanan Taliban harus dibebaskan dari penjara Afghanistan sebagai syarat perjanjian damai.
Baca: POPULER INTERNASIONAL: Tembak Militan Taliban Gadis Ini Disebut Pahlawan, juga Sangkalan Amber Heard
Baca: Orang Tua Dibunuh di Depan Matanya, Gadis Ini Balas Tembak Mati 2 Militan Taliban dengan AK-47
Mengutip Al Jazeera, Presiden Ashraf Ghani telah membebaskan semua tahanan Taliban dari penjara, kecuali 400 orang yang tersisa.
Ghani mengatakan, kejatahan yang dilakukan 400 tahanan Taliban itu terlalu berat.
Juru bicara Ghani Sediq Seddiqi menyampaiakn rincian kejahatan yang dilakukan para tahanan Taliban tersebut.
"400 orang ini dihukum terkait pembunuhan dua hingga 40 orang, perdagangan narkoba, mereka dihukum mati dan terlibat kejahatan besar (lainnya), termasuk penculikan," ungkap Seddiqi.
Baca: Rusia Dituding Tawarkan Hadiah pada Taliban untuk Bunuh Pasukan AS di Afghanistan
Baca: Afghanistan akan Bebaskan 900 Tahanan Taliban, Gencatan Senjata Mungkin Diperpanjang
Dia melanjutkan, Loya Jirga yang yang diadakan di Kabul dihadiri 3.200 orang.
Loya Jirga memutuskan untuk mengikuti persyarakat yang sudah disepakati untuk mencapai perdamaian yang dinantikan.
Peringatan dari Human Right Watch
Lebih jauh, menjelang Loya Jirga, Human Right Watch menyampaikan suatu peringatan.
"Banyak narapidana dipenjara di bawah undang-undang terorisme yang luar untuk mengatur penahanan preventif tanpa batas," kata Human Right.
Menurut Human Right, pengadilan yang dilaksanakan secara rahasia serta penyiksaan untuk membuat para tahanan membuat pengakuan, mungkin menyulitkan pihak berwenang dalam menentukan mana tahanan yang benar-benar melakukan kejahatan serius.
Baca: Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Janji akan Bebaskan 2.000 Tahanan Taliban
Baca: Penjara di Afghanistan Diserbu ISIS: 29 Orang Meninggal, 1.000 Tahanan Coba Melarikan Diri
Proses Perdamaian
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengadakan panggilan video dengan kepala negosiator Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar untuk membahas proses perdamaian Afghanistan.
Taliban mengatakan siap untuk mengadakan negosiasi dalam seminggu setelah tahanan terakhir dibebaskan untuk memajukan proses perdamaian.
Mereka juga menyetujui gencatan senjata tiga hari selama hari libur Muslim yang berakhir pada Minggu tengah malam.
Perwakilan khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, juga mengadakan pertemuan dengan Baradar pada hari Rabu, menurut tweet dari juru bicara politik Taliban Suhail Shaheen.
Meskipun belum ada pengumuman gencatan senjata lanjutan, belum ada laporan serangan militer skala besar oleh Taliban terhadap militer Afghanistan.
Taliban juga tidak menyerang pasukan AS atau NATO sejak penandatanganan kesepakatan Februari dengan AS
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)