News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang di Libya

Libya Hadapi Potensi Bencana Lebih Dahsyat Ketimbang Ledakan di Beirut

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Libya

“Selain itu, puluhan miliar akan dibutuhkan untuk rekonstruksi di saat anggaran yang tersedia terbatas,” tambahnya.

Libya berada dalam pergolakan ketidakstabilan politik dan kekerasan sejak penggulingan pemimpinnya Muammar Gaddafi dalam pemberontakan yang didukung NATO dan AS pada 2011.

Perusahaan Minyak Nasional (NOC), yang dikendalikan pemerintah Tripoli yang didukung PBB dan Turki, mengklaim tentara bayaran dari Rusia dan Suriah bertempur bersama pasukan Haftar.

Presiden Vladimir Putin pada Januari 2020 mengakui mungkin ada pejuang Rusia di Suriah, tetapi menolak tuduhan mereka bertindak atas nama Moskow di Libya.

Putin menegaskan, Rusia tidak mendukung pihak mana pun dalam konflik dan menyerukan rekonsiliasi nasional di Libya.

Kelompok Haftar yang telah berusaha selama lebih dari setahun untuk merebut Tripoli, telah mempertahankan blokade ekspor minyak dari pelabuhan-pelabuhan utama sejak pertengahan Januari.

Ia menginginkan distribusi yang adil dari pendapatan yang dikelola oleh pemerintah Tripoli. Ada tanda-tanda blokade akan dicabut bulan lalu, tetapi Haftar mundur dari negosiasi.

Menurut NOC, Haftar mengikuti perintah UEA. Selain Emirat Arab yang memasok dukungan logistik dan dana, Mesir juga terlibat aktif dalam konflik Libya.

Sebaliknya di kubu GNA, militer Turki menerjunkan prajurit, pesawat nirawak, peralatan tempur, serta pasokan logistik militer ke Tripoli.

Turki juga menerbangkan ribuan petempur sipil yang direkrut dari Suriah, seperti halnya kelompok LNA mendapatkan bantuan petempur sipil dari Suriah.(Tribunnews.com/Sputniknews.com/AMN/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini