TRIBUNNEWS.COM, LEBANON - Seorang ahli bahan peledak, Danilo Coppe (56), mengklaim ledakan yang terjadi di ibukota Lebanon, Beirut disebabkan misil militer.
Menurut laporan Daily Mail, Danilo merupakan salah satu ahli bahan peledak terkemuka di Italia.
Dia meyakini, ledakan yang meluluhlantakkan Beirut pada Selasa (4/8/2020) itu bukan disebabkan amonium nitrat.
Danilo berpendapat demikian lantaran melihat ledakan yang berwarna oranye.
Baca: CEK FAKTA: Viral Video Detik-detik Serangan Roket Terlihat Saat Ledakan di Beirut
Baca: Presiden Lebanon Michel Aoun Terima Pengunduran Diri PM Hassan Diab
Pakar yang dijuluki Mr. Dynamite ini menjelaskan, ketika amonium nitrat meledak, ledakannya akan berwarna kuning.
Namun, video ledakan yang beredar memperlihatkan asap yang berwarna oranye.
"Seharusnya ada katalisator, karena jika tidak, tidak akan semuanya meledak bersamaan."
"Anda dapat dengan jelas melihat kolom (ledakan berwarna) oranye bata dan cenderung merah terang, ciri khas partisipasi litium."
"Yang berupa lithium-metal merupakan propelan untuk rudal militer. Saya pikir ada persenjataan di sana," katanya.
Diketahui, katalisator adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Danilo menjelaskan bahwa pada ledakan pertama yang besar, dan itu mungkin memicu api di mana persenjataan disimpan.
Baca: Dampak Ledakan di Lebanon: Rumah Sakit Kewalahan Hingga Demo Tuntut Pemerintah Mundur Pecah
Lebih lanjut, dia mengklaim, api itu lantas menyebar ke lokasi bahan peledak yang ada dalam misil atau roket.
Ledakan yang terjadi di Beirut diyakini ukurannya seperlima dari bom atom Hiroshima.
Sebab pasca ledakan, bentuk dataran hingga garis pantai Mediterania berubah.