"Sejak awal kawasan Timur Tengah selalu dijadikan ajang perebutan oleh negara besar untuk kepentingan strategis seperti penguasaan jalur pelayaran dan transportasi laut, serta untuk peningkatan ekonomi, khususnya penguatan energi minyak dan gas alam," katanya.
Meskipun rencana aneksasi tanggal 1 Juli lalu tertunda, karena tekanan internasional yang besar dan tentangan di dalam negeri Israel sendiri akibat pandemi Covid-19.
Menurut Dubes, masyarakat internasional tidak boleh lengah, karena cepat atau lambat aneksasi tetap akan dilakukan Israel.
"Aneksasi harus kita tolak karena merupakan pelanggaran International termasuk pelanggaran resolusi DK PBB," kata Andy .
Menurutnya jika aneksasi Israel kepada Palestina benar terjadi mimpi buruk dan akan menjadi legitimasi bagi negara-negara besar untuk melakukan aneksasi juga kepada negara yang lebih kecil.
"Bung Karno pernah mengatakan, selama Palestina dibawah kependudukan dan penjajahan Israel, maka sepanjang itu pula Indonesia tidak pernah akan mengakui dan membuka hubungan diplomatik dengan Israel, ini posisi diplomatik kita hingga detik ini," katanya.