News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ledakan di Beirut

Kisah Warga Lebanon Pasca Ledakan Mematikan di Pelabuhan Beirut Kini Bersiap Pindah Negara

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Api berkobar dan asap mengepul usai terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/STR

TRIBUNNEWS.COM - Mazin Kabbani, karyawan IT berusia 50 tahun berada di rumahnya, Beirut barat , Lebanon saat ledakan mematikan menewaskan lebih dari 180 orang pada 4 Agustus 2020 kemarin.

Kaca apartemennya hancur dan berserakan di lantai ruang tamunya.

Ledakan itu diketahui berasal dari 3.000 ton amonium nitrat di pelabuhan Beirut.

Kabbani mengatakan, akibat insiden itu, kenangan lama tentang perang saudara selama 15 tahun di Lebanon kembali terbawa.

“Semua oksigen tersedot keluar. Sepertinya kami berperang lagi,” kata Kabbani kepada Al Jazeera.

Baca: Presiden Lebanon: Mustahil Ledakan Pelabuhan Beirut Dipicu Senjata Hizbullah

Baca: FBI Ikut Selidiki Ledakan di Pelabuhan Beirut

Kabbani, seorang ayah berusia 50 tahun dari empat anak mengatakan dia sedang dalam proses menyelesaikan surat-surat imigrasi ke Kanada (Arwa Ibrahim/Al Jazeera)

Yang lebih traumatik bagi Kabbani adalah memikirkan putrinya yang berusia 21 tahun, Alaa, mungkin sudah meninggal jika keberuntungan tak berpihak padanya.

“Kami tak bisa menghubunginya selama berjam-jam pasca ledakan,” kata ayah empat orang anak itu.

Dia menerangkan, anak tengahnya dalam perjalanan ke sebuah restoran di Gemayze, lingkungan dekat pelabuhan.

“Jika bukan karena perubahan (rencana) pada menit-menit terakhir, dia mungkin tak akan bersama kami lagi,” katanya.

Sembari menahan air mata dan dia tersedak ketika dia berkata-kata.

Baca: Perawatan Anak-anak Penyintas Kanker Terbengkalai Pasca Ledakan Besar di Beirut

Baca: Muncul Temuan Baru Penyebab Ledakan di Beirut, Bukan Karena Amonium Nitrat Tapi Misil Militer

Sebuah helikopter memadamkan api di lokasi ledakan di pelabuhan ibukota Lebanon, Beirut, pada 4 Agustus 2020. Seorang mantan anggota parlemen Israel merayakan ledakan yang menewaskan 130 orang dan melukai 5.000 lainnya dengan menyebut bahwa ledakan tersebut adalah 'hadiah dari Tuhan'. (STR / AFP)

Layanan Publik hingga Ketidaksabilan Politik

Lebih jauh, karena kelelahan akibat krisis keuangan yang terus berlanjut, layanan publik yang memburuk, dan ketidakstabilan politik yang dalam, ledakan itu menjadi pukulan terakhir bagi Kabbani dan keluarganya. 

Seperti banyak orang Lebanon, Kabbani sekarang tidak punya pilihan selain pergi.

Meski sebelumnya ingin tinggal di negara asalnya hingga akhir hayat, kini ia bertekad untuk menetap bersama keluarganya di tempat lain. 

"Saya dan istri saya berkomitmen untuk membangun kehidupan di sini," ungkapnya.

Baca: Menlu Jerman: Pemerintah Lebanon Harus Perangi Korupsi Setelah Ledakan Beirut

Baca: Otoritas Keamanan Negara Telah Beri Peringatan Sebelum Ledakan Besar Guncang Beirut

"Meskipun saya sempat 'bermain-main' dengan pikiran untuk pergi saat pertama kali menikah, istri saya bersikeras agar kami tinggal dan membesarkan anak-anak dekat dengan keluarga kami," katanya.

"Tapi sejak ledakan itu, dialah yang mendorong kami untuk pindah," jelasnya.

Dia  seraya menambahkan bahwa pihak keluarga sudah dalam proses menyelesaikan surat-surat migrasi ke Kanada.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini