TRIBUNNEWS.COM, SAN FRANSISCO – Korea Utara terkenal sebagai negara paling tertutup di dunia. Kekuasaan terpusat di pemimpin tertinggi yang turun temurun dari pendiri negara, Kim Il-sung.
Saat ini yang berkuasa Kim Jong-un, putra Kim Jong-ill yang tak lain anak dari Kim Il-sung yang dianggap bak dewa oleh rakyat Korut.
Sebagai negara totaliter, militer menjadi tumpuan utama kekuasaan. Korut memiliki jumlah tentara terbanyak di dunia, baik aktif maupun cadangan.
Mereka menguasai teknologi bom atom hingga bom hydrogen. Korut juga menguasai rudal balistik yang mampu menjangkau hingga Guam di Pasifik.
Peralatan tempurnya cukup kuat, meski sebagian besar dianggap sudah usang. Hampir semua peralatan tempur utama Korut buatan Rusia atau China.
Kyle Mizokami, analis sekaligus pengkaji masalah militer, pertahanan dan keamanan, secara spesifik mengulas keistimewaan unit khusus militer Korut.
Penulis yang berbasis di San Fransisco, Kalifornia itu di artikel yang dipublikasikan di The National Interest,Senin (24/8/2020), menyebut pasukan komando Korut telah berevolusi.
Mulanya dianggap pasukan pengganggu yang dirancang untuk melakukan serangan di belakang musuh, menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya dan menakutkan.
Korut memiliki organisasi pasukan khusus terbesar di dunia, berjumlah 200.000 ribu prajurit, pria maupun wanita.
Baca: Rumor Kim Jong Un Meninggal Dunia Kembali Muncul, Korea Utara Luncurkan Website Baru
Baca: AS Sebut Serangan Militer Korea Utara Bisa Sebabkan 200 Ribu Lebih Korban Jiwa Hanya dalam 1 Jam
Mereka sangat terlatih dalam perang non-konvensional. Pasukan khusus Pyongyang dilatih beroperasi di seluruh Semenanjung Korea, dan mungkin di luarnya.
Mereka memiliki kualifikasi menghadirkan ancaman asimetris kepada musuh-musuhnya. Selama beberapa dekade, Korut mempertahankan kekuatan semua senjata yang mengesankan.
Mulai tank hingga infanteri mekanik, artileri, pasukan udara, dan pasukan khusus. Namun pasukan konvensional negara tersebut, menghadapi kemerosotan panjang setelah berakhirnya Perang Dingin.
Sebagian besar peralatan tempurnya menua, dan kekurangan pasokan. Contohnya, Korut memiliki sangat sedikit tank Soviet T-72 produksi 1970-an.
Sebagian besar yang dikuasai sekarang masih merupakan turunan tank T-62 era 1960-an. Korps lapis baja Pyongyang lainnya berada dalam keadaan yang sama.
JIka dibandingkan kekuatan pasukan AS dan Korea Selatan, mereka tertinggal jauh. Namun celah kekurangan itu diisi kapabilitas pasukan khususnya.
Dari 200.000 prajurit komando, dibagi menjadi 25 brigade pasukan khusus, lima batalion pasukan khusus, yang dirancang untuk melakukan misi dari serangan DMZ garis depan hingga misi parasut dan pembunuhan.
Biro Bimbingan Pelatihan Infanteri Ringan, bagian dari Tentara Rakyat Korea, berfungsi sebagai analog Komando Operasi Khusus AS.
Tugasnya mengoordinasikan pasukan khusus Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut Rakyat Korea.
Sekitar 150.000 prajurit komando tergabung dalam unit infanteri ringan. Bergerak kaki, misi garis depan mereka adalah menyusup atau mengapit garis musuh untuk menyelimuti atau memasang serangan belakang pada pasukan musuh.
Medan perbukitan Korea Utara cocok untuk taktik seperti itu, seperti halnya jaringan terowongan yang telah digali oleh negara tersebut yang melintasi DMZ di sejumlah tempat.
Sebanyak 11 brigade pasukan khusus Korea Utara adalah brigade infanteri ringan, dan ada unit infanteri ringan yang lebih kecil yang tertanam dalam masing-masing divisi tempur Korut.
Tiga brigade lainnya adalah infanteri lintas udara tujuan khusus. Brigade Linud 38, 48, dan 58 beroperasi seperti Divisi Linud 82-nya AS.
Mereka bertugas melakukan operasi strategis lintas udara untuk merebut medan dan infrastruktur kritis di wilayah musuh.
Pasukan ini akan menargetkan lapangan udara musuh, gedung-gedung pemerintah Korea Selatan, dan jalan utama serta jalan raya untuk mencegah sabotase.
Setiap brigade diorganisir menjadi enam batalion infanteri lintas udara dengan total kekuatan 3.500 prajurit.
Berbeda dengan Linud 82, brigade udara Korut tidak mungkin beroperasi di tingkat batalion atau lebih tinggi, dan karena kurangnya transportasi jarak jauh.
Mereka sulit beroperasi di luar Semenanjung Korea. Selain itu, Korea Utara diperkirakan memiliki 8 brigade penembak jitu.
Tiga brigade Tentara Rakyat (Brigade 17, 60, 61), tiga untuk Angkatan Udara (Brigade 11, 16 dan 21), dan dua untuk Angkatan Laut (Brigade 209, 291).
Masing-masing terdiri dari sekitar 3.500 orang, yang diorganisir menjadi 7 hinga 10 batalion penembak jitu.
Unit-unit ini memenuhi berbagai peran dan secara kasar dianalogikan dengan US Army Rangers, US Special Forces, dan Navy SEAL.
Tidak seperti rekan-rekan Amerika mereka, beberapa unit ini mampu bertempur sebagai infanteri udara, serangan udara, atau angkatan laut konvensional.
Brigade penembak jitu dilatih dalam pengintaian strategis dan apa yang disebut misi aksi langsung termasuk misi pembunuhan, penggerebekan sasaran tingkat tinggi, sasaran militer dan ekonomi.
Juga melakukan misi sabotase, gangguan sistem cadangan Korea Selatan, pengiriman rahasia senjata gangguan massal (termasuk kemungkinan senjata radiologi), dan mengorganisir kampanye gerilya antipemerintah di Korea Selatan.
Mereka akan sering mengenakan seragam sipil, militer Korea Selatan, atau militer AS. Satu peleton yang terdiri dari 30 hingga 40 prajurit penembak jitu Angkatan Darat terdiri wanita yang dilatih melakukan operasi tempur berpakaian seperti warga sipil.
Biro Pengintaian mempertahankan empat batalion pengintai terpisah. Sangat terlatih dan terorganisir, batalion yang terdiri dari lima ratus orang ini dilatih untuk memimpin korps tentara melalui DMZ yang berbahaya.
Mereka kemungkinan besar memiliki pengetahuan yang detil, dan sangat rahasia, tentang pertahanan kawan dan musuh di zona demiliterisasi.
Batalion ke-5 diorganisir untuk tugas operasi luar negeri. Pasukan khusus pada umumnya dimaksudkan untuk beroperasi di belakang garis musuh, dan Korea Utara menggunakan banyak cara.
Meski begitu, teknik mereka seringkali dianggap using. Pasukan darat, salah satu cara yang jelas untuk menyusup ke Korea Selatan adalah melalui DMZ sepanjang 160 mil dan lebar 2,5 mil.
Terowongan lintas batas adalah satu cara cepat. Melalui laut, Pyongyang memiliki kemampuan untuk mengirimkan sekitar 5.000 prajurit dalam sekali trip.
Tetapi mereka bisa menggunakan segala sarana yang ada, mulai kapal komersial hingga kapal pendarat kelas Nampo, armada 130 hovercraft kelas Kongbang dan kapal selam pesisir Sang-O dan kapal selam cebol Yeono.
Melalui udara, Korea Utara memiliki armada yang terdiri dari 200 armada angkut Antonov An-2 Colt. Pesawat itu mampu terbang rendah dan lambat untuk menghindari radar.
Masing-masing pesawat An-2 dapat membawa hingga 12 prajurit komando, mendarat di permukaan yang tidak rusak atau menerjunkan mereka ke target mereka.
Korut juga memiliki 250 helikopter angkut, sebagian besar berasal dari blok Soviet. Tetapi ada juga helikopter seri Hughes 500MD yang diperoleh secara illegal.
Pyongyang bertekad memperoleh transportasi modern jarak jauh seperti pesawat ini, yang diproduksi di Selandia Baru.
Pesawat seperti P-750 XSTOL akan memungkinkan pasukan khusus Korea Utara mencapai Jepang dan Okinawa, yang keduanya akan berfungsi sebagai pangkalan depan pasukan AS di masa perang.
Jika terjadi perang, Korea Utara kemungkinan akan melancarkan lusinan serangan terpisah di seluruh Korea Selatan, dari DMZ hingga pelabuhan selatan Busan.
Apakah kekuatan ini dapat menembus pertahanan udara dan laut Seoul yang cukup besar, adalah pertanyaan lain.
Lembah, lintasan, dan saluran air yang dapat digunakan oleh pesawat terbang rendah dan perahu sudah ditutupi dengan segala hal mulai dari senjata pertahanan udara hingga peluru kendali antitank.
Dengan peringatan dini yang tepat, pasukan pertahanan Korea Selatan akan menimbulkan kerugian besar pada pasukan komando Korea Utara saat menjalankan misi tempur cepat.
Evolusi yang signifikan dari pasukan komando Korut adalah kemampuan mereka mendistribusikan senjata nuklir, kimia, biologi, yang bisa membunuh ribuan warga sipil.
Mereka bahkan telah berlatih untuk menyerang dan menghancurkan replika Blue House, rumah resmi Presiden Korea Selatan.
Menurut Mizokami yang juga pendiri blog pertahanan dan keamanan Japan Security Watch, pasukan komando Korut juga memiliki kelebihan yang tak dipunyai militer lain.
“Ketangguhan dan indoktrinasi politik menjadikan mereka musuh yang tangguh,” kata Mizokami.(Tribunnews.com/NationalInterest.org/xna)