News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Baku Tembak Empat Jam di Dekat Beirut, Dua Warga Lebanon dan Suriah Tewas

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara berdiri di sekitar lokasi ledakan, sementara sebuah helikopter memadamkan api di lokasi terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/STR

TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT – Dua warga Lebanon, terdiri remaja berusia 13 tahun dan seorang pria Suriah, tewas menyusul baku tembak antarkelompok di Beirut, Kamis (27/8/2020) malam waktu setempat.

Peristiwa ini jadi peringatan serius akan lebih banyak kekerasan karena negara itu didorong ke titik puncak masalah menyusul krisis keuangan dan ketegangan politik.

Kedua orang itu tewas di daerah Khaldeh di selatan ibu kota. Rentetan tembakan senapan mesin dan ledakan granat dari peluncur roket digunakan selama baku tembak yang menurut saksi mata berlangsung selama empat jam.

Informasi ini diwartakan Ahram.org, situs online media mingguan Al Ahram, Jumat (28/8/2020). Kelompok asal remaja, dari suku Arab Sunni menuduh anggota kelompok Hezbollah melepaskan tembakan.

Baca: Presiden Lebanon Tak Percaya Hizbullah Terkait Ledakan Dahsyat di Beirut

Baca: PM Lebanon dan Seluruh Kabinetnya Mengundurkan Diri Pasca-Ledakan Mematikan di Beirut

Hezbullah tegas membantah ada hubungannya dengan insiden itu. Tentara Lebanon, yang dikerahkan secara besar-besaran di daerah itu Jumat, menyebutkan bentrok dipicu pemasangan poster oleh warga terkait peringatan Asyura, martir abad ke-7 Imam Hussein.

Pernyataan militer itu mengatakan, masalah yang meletus adalah antara anggota suku Arab Khaldeh dan penduduk daerah itu, tanpa mengidentifikasi mereka.

Kekerasan itu memicu kesibukan kontak di antara politisi Lebanon yang berusaha menahan ketegangan. Negara ini masih bergulat dengan dampak ledakan pelabuhan pada 4 Agustus yang menewaskan 180 orang.

Lebanon saat ini juga tanpa pemerintahan efektif menyusul mundurnya kabinet  Lebanon. Sisi lain, krisis keuangan hebat dipandang sebagai ancaman terbesar stabilitas Lebanon sejak perang saudara 1975-1990.

Saat pemakaman remaja itu, para pelayat memekikkan yel-yel bernada menyerang kelompok lain. Saat bersamaan, para pria yang mengenakan penutup wajah menembakkan senapan AK-47 ke udara.

Perpecahan antara kelompok Arab Sunni dan Syiah Lebanon terbuka setelah pembunuhan 2005 terhadap Rafik al-Hariri.  Pelakunya diduga kuat  terkait aktivitas Hezbollah.

Perpecahan muncul lagi setelah pengadilan yang didukung PBB baru-baru ini menghukum seorang komandan Hizbullah, Salim Ayyash, atas konspirasi pembunuhan Hariri itu.

Sidang dilakukan inabsentia atau tanpa kehadiran terdakwa.  Hizbullah menyangkal peran apa pun dalam operasi pembunuhan Hariri lewat peledakan bom mobil.

Hariri merupakan pemimpin utama Sunni Lebanon pada saat kematiannya. Ia memiliki hubungan kuat ke Saudi Arabia.

Di Khaldeh, pada Jumat pagi masih ada sisa-sisa bekas bentrokan bersenjata malam sebelumnya. Sebuah bangunan yang terbakar apinya masih membara, dan jendela-jendelanya penuh lubang bekas tembakan.

“Kami (akan) mengambil hak kami dengan tangan kami sendiri,” kata Riad Zaher, pemimpin suku Khaldeh.

Dia menyatakan keraguan pihak berwenang akan membawa siapa pun ke pengadilan. “Kami tahu pemerintah akan menahan mereka di satu pintu, dan membiarkan mereka keluar dari pintu lain," katanya.

Menyangkal setiap hubungan Hezbollah dengan insiden tersebut, juru bicara kelompok tersebut merujuk pernyataan militer.

"Melemparkan tuduhan sembarangan sama sekali ditolak," kata Mohammad Afif, juru bicara Hezbollah Lebanon.

"Ini tidak benar. Aparat keamanan dan masyarakat di daerah itu tahu," lanjut Afif. Terletak di jalan raya ke selatan, daerah Khaldeh adalah rumah bersama bagi warga Sunni, Syiah, dan Druze.

Ali al-Shahine, juru bicara suku Arab Khaldeh, menuduh pendukung Hezbollah baru-baru ini mencoba memasang foto Ayyash.

Sumber militer dan Hezbollah menyangkal hal itu terjadi. Setelah keputusan pengadilan, orang-orang di desa asal Ayyash secara singkat memasang fotonya.

Tapi menurut aktivis Hezbollah, warga diminta mencopotnya untuk meredakan ketegangan.

Gerakan Masa Depan yang dipimpin putra Hariri, Saad Hariri, mendesak suku Arab Khaldeh untuk menahan diri dan mengatakan insiden itu adalah hasil dari "senjata yang tidak diatur dan provokasi yang sia-sia".

Ini adalah penembakan mematikan kedua dalam seminggu. Sebelumnya, tiga pria ditembak mati di desa Kaftoun di Lebanon utara pada Sabtu.

Seorang pria Suriah telah ditangkap dan dua tersangka Lebanon sedang dalam pengejaran pihak keamanan Lebanon.

“Meningkatnya kekerasan secara sporadis adalah tanda lain dari tercabiknya negara,” kata Mustafa Alloush, satu di antara pemimpin Gerakan Masa Depan.

"Saya perkirakan kekerasan serupa atau jenis lain akan meningkat mulai sekarang," katanya kepada Reuters.

Al-Akhbar, surat kabar pro-Hezbollah, menyatakan ketegangan politik mulai merembes ke jalan.

"'Pertempuran Khaldeh ... memberikan indikasi yang jelas permainan di jalanan akan segera lepas kendali untuk membakar seluruh negeri," katanya.(Tribunnews.com/Ahram.org/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini