TRIBUNNEWS.COM - Iran dilaporkan telah memulai latihan militer yang dijadwalkan berlangsung selama tiga hari di dekat Selat Hormuz.
Media pemerintah menyebut, latihan tersebut berlangsung pada saat ketegangan dengan Amerika Serikat meningkat.
Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Darat berpartisipasi dalam manuver di area seluar hampir dua juta kilometer persegi, di lepas Teluk Oman pada Kamis (10/9/2020).
Al Jazeera melaporkan, televisi pemerintah mengatakan kapal selam dan drone Iran yang dijuluki Zolfaghar-99 juga telah dikerahkan untuk latihan tersebut.
Baca: Waria Ditusuk Pria Irak di Kos Daerah Jember, Korban dan Pelaku Selalu Bicara Pakai Google Translate
Baca: Bak Manusia Sejuta Rekor, Cristiano Ronaldo di Ambang Lewati Gol Legenda Iran
Laksamana Habibollah Sayyari selaku Komandan latihan itu mengatakan, latihan ini bertujuan "meningkatkan kesiapan dalam menghadapi ancaman asing dan kemungkinan invasi".
Sementara itu, juru bicara latihan, Laksamana Shahram Irani, mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa AS telah menarik drone dari area latihan setelah mendapat peringatan dari Iran.
Ketegangan Bermula ketika Trump Menarik Diri Secara Sepihak
Ketegangan berkepanjangan antara AS dan Iran meningkat pada 2018 ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Washington dari perjanjian multinasional yang telah mencabut sanksi internasional dari Teheran sebagai imbalan atas pembekuan program nuklirnya.
Mengadopsi kampanye "tekanan maksimum", pemerintahan Trump kemudian memberlakukan kembali sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Dia juga disebut berupaya untuk memperpanjang embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Iran yang akan berakhir pada bulan Oktober.
Kedua musuh telah berada di ambang konfrontasi langsung dua kali sejak Juni 2019, saat itu Iran menembak jatuh drone AS di Teluk.
Baca: Iran Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Donald Trump atas Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani
Baca: Demokrat AS Mencecar Mike Pompeo atas Pembunuhan Komandan Iran Qassem Soleimani
Kematian Qassem Soleimani
Kekhawatiran akan konflik militer besar-besaran semakin dalam setelah jenderal paling terkemuka Iran, Qassem Soleimani, dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di dekat bandara Baghdad pada 3 Januari.
Lima hari kemudian, Iran membalas dengan meluncurkan gelombang rudal di dua pangkalan di Irak yang menampung pasukan AS, tidak menyebabkan korban jiwa.
Teheran, yang menentang kehadiran AS dan angkatan laut Barat lainnya di Teluk, mengadakan latihan perang angkatan laut tahunan secara bertahap di Selat Hormuz, rute perdagangan minyak utama.
Pada latihan lain pada akhir Juli di dekat Selat Hormuz, pasukan Iran menembakkan rudal dari helikopter yang menargetkan replika kapal induk AS.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)