Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumlah kasus di mana bea cukai secara nasional menangguhkan impor sebagai produk merek palsu dalam enam bulan hingga Juni 2020 melebihi 15.000 produk untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.
"Kami dari pihak Kementerian Keuangan meyakini penyebaran virus corona telah menularkan gerakan menahan diri untuk tidak ke luar rumah dan berbelanja online, serta impor produk imitasi akibatnya juga semakin meningkat," ungkap sumber Tribunnews.com, Sabtu (22/9/2020).
Menurut Kementerian Keuangan, dalam enam bulan hingga Juni 2020, jumlah kasus penundaan impor produk merek palsu sebanyak 15.344 kasus, meningkat 18,7 persen dari periode yang sama tahun 2019.
Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun jumlah kasus melebihi 15.000 kasus pada paruh pertama tahun ini.
Sebanyak 86 persen dari totalnya didatangkan dari China, dan menurut jenisnya, pakaian paling umum di 4.663 produk, diikuti oleh dompet dan tas di 4.626 produk serta jam tangan palsu sebanyak 2.342 produk.
Selain itu, ada juga masker buatan pabrikan Jepang dan tiruannya seperti medali untuk Olimpiade Tokyo yang dipalsukan.
Baca: Kereta Api Jarak Jauh Pertama dari JR West Jepang Tiba di Yonago Sabtu Pagi
Terkait peningkatan jumlah pemalsuan barang impor tersebut, Kementerian Keuangan memutuskan untuk memperkuat penindakan terhadap fakta penyebaran barang palsu dan meminta masyarakat yang pengguna belanja online untuk menahan diri karena semakin banyaknya impor produk palsu tersebut.
"Tolong jangan belanja online untuk berbagai produk "brand" yang kelihatan murah tersebut karena umumnya palsu dari China," ungkapnya.
Sementara itu baru terbit Buku "Rahasia Ninja di Jepang", pertama di dunia cerita non-fiksi kehidupan Ninja di Jepang dalam bahasa Indonesia, silakan tanyakan ke: info@ninjaindonesia.com