Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, DUBAI - Bahrain bergabung dengan Uni Emirat Arab melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Hal itu disampaikan Presiden AS Donald Trump dalam postingan itu di akun Twitter setelah ia berbicara melalui telepon, kepada Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Ini benar-benar hari bersejarah," kata Trump kepada wartawan di Kantor Oval, mengatakan dia percaya negara-negara lain akan mengikutinya, seperti dilansir Reuters, Minggu (13/9/2020).
"Membuka dialog langsung dan hubungan antara kedua masyarakat dinamis dan ekonomi maju ini akan melanjutkan transformasi positif Timur Tengah dan meningkatkan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan ini," kata Amerika Serikat, Bahrain dan Israel dalam sebuah pernyataan bersama.
Baca: Iran Sebut Tindakan Bahrain Menormalisasi Hubungan dengan Israel Memalukan
Palestina kecewa, takut langkah-langkah oleh Bahrain dan sesama negara Teluk Arab, Uni Emirat Arab, akan melemahkan posisi kelompok-Arab yang menyerukan penarikan Israel dari wilayah pendudukan dan penerimaan negara Palestina sebagai imbalan untuk hubungan normal dengan negara-negara Arab.
Sebulan yang lalu, UEA setuju untuk menormalkan hubungan dengan Israel di bawah kesepakatan yang diperantarai AS yang dijadwalkan akan ditandatangani pada upacara Gedung Putih pada Selasa (15/9/2020 yang diselenggarakan oleh Trump.
Baca: Israel Gempur Target di Dekat Damaskus, Arhanud Suriah Tangkis Sejumlah Rudal
Upacara ini akan dihadiri oleh Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan.
Pernyataan bersama itu mengatakan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani akan bergabung dengan upacara itu dan menandatangani "Deklarasi Perdamaian bersejarah" dengan Netanyahu.
Netanyahu mengatakan keputusan Bahrain menandai "era baru perdamaian."
"Selama bertahun-tahun, kami berinvestasi dalam perdamaian, dan sekarang perdamaian akan berinvestasi dalam diri kami, akan membawa investasi yang benar-benar besar dalam ekonomi Israel," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri UEA, Hend al-Otaiba mengucapkan selamat kepada Bahrain dan Israel.
Ia mengatakan itu menandai "pencapaian penting dan bersejarah lainnya yang akan berkontribusi besar bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan."
Bahrain yang merupakan sebuah negara pulau kecil, rumah bagi markas regional Angkatan Laut AS.
Bahrain menjadi negara Arab keempat yang mencapai kesepakatan tersebut dengan Israel, yang bertukar kedutaan dengan Mesir dan Yordania beberapa dekade lalu.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan atas nama kepemimpinan Palestina mengutuk perjanjian itu sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.
"Kepemimpinan Palestina menolak langkah yang diambil oleh Kerajaan Bahrain dan menyerukan untuk segera mundur," kata pernyataan itu.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan duta besar Palestina untuk Bahrain dipanggil kembali untuk konsultasi.
Di Gaza, juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan keputusan Bahrain untuk menormalkan hubungan dengan Israel "merupakan bahaya besar bagi perjuangan Palestina, dan mendukung pendudukan."
Hossein Amir-Abdollahian, penasihat khusus urusan internasional untuk ketua parlemen Iran, menyebut keputusan Bahrain sebagai pengkhianatan besar terhadap tujuan Islam dan Palestina.
"Para pemimpin yang tidak bijaksana di UEA, Bahrain tidak boleh membuka jalan bagi skema Zionis," cuit pejabat itu.(Reuters)