News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Duta Besar AS untuk China, Terry Branstad Mundur dan Bersiap Tinggalkan Beijing

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terry Branstad, duta besar AS untuk China, pada 2017.

TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk China, Terry Branstad mengumumkan akan pensiun dari jabatannya dan kembali ke Amerika pada awal Oktober 2020 mendatang.

Sebagaimana diketahui, hubungan diplomatik dua negara tersebut saat ini tengah bersitegang.

Menurut pernyataan dari Kedutaan di Beijing, Branstad mengonfirmasi keputusan tersebut kepada Presiden Donald Trump melalui telepon pada minggu lalu.

Mengutip Los Angeles Times, Terry Branstad akan kembali ke Iowa, AS.

Di Iowa, Terry Branstad  pernah menjabat sebagai gubernur selama enam periode.

Alasan kembalinya Branstad ke Amerika belum diketahui secara jelas.

Baca: Di Tengah Pandemi, Donald Trump Nekat Gelar Kampanye Indoor

Terry Branstad, duta besar AS untuk China, pada 2017. (Ap news)

Baca: 20 Dubes Berkuasa Penuh Resmi Dilantik Presiden Jokowi di Istana

Langkah itu tampaknya mengejutkan Kementerian Luar Negeri China, yang mengatakan kepada Associated Press pada Senin sore, mereka belum mendengar duta besar itu pergi.

Pekan lalu, Branstad mengajukan op-ed koran Rakyat Partai Komunis Harian resmi.

Branstad berpendapat, perusahaan-perusahaan Amerika, wartawan, diplomat dan masyarakat sipil yang diblokir dari akses yang sama ke China, Amerika Serikat menyediakan pertolongan.

"Keterlibatan tidak terbatas dan diskusi tanpa sensor antara orang-orang China dan Amerika, menunjuk pada akses Duta Besar China Cui Tiankai ke publik di Amerika Serikat," ungkapnya.

Baca: Berikut Daftar Nama 20 Duta Besar Yang Dilantik Presiden Jokowi, Hari Ini

Ketika People's Daily menolak op-ed tersebut, menyebutnya "penuh celah dan sangat tidak konsisten dengan fakta."

Sementara, Kedutaan Besar AS menerbitkan op-ed dalam bahasa Mandarin di akun media sosial China.

Menteri Luar Negeri, Michael R Pompeo menyebut insiden itu sebagai wujud "ketakutan Partai Komunis China terhadap kebebasan berbicara dan debat intelektual yang serius."

Juga minggu lalu, hanya dua jurnalis Australia yang bekerja untuk media Australia di China yang kembali ke Sydney setelah polisi muncul di depan pintu mereka pada tengah malam.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini