"Ini mengerikan dan membuatku semakin bertekad untuk berdebat melawan pengidap Covid-19 ini."
Pesan yang kuat ini sejalan dengan permintaan Menteri Kesehatan Skotlandia, Matt Hancock kepada kaum muda untuk "jangan bunuh keluargamu".
VIDEO Animasi Proses Penyebaran Virus Corona di Udara dalam Ruangan, hingga WHO Beri Pengakuan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui ada bukti yang muncul bahwa virus corona (covid-19) dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara.
Adanya hal tersebut penularan melalui udara tidak dapat dikesampingkan, kata seorang pejabat.
Jika bukti dikonfirmasi benar, ini dapat mempengaruhi pedoman bagaimana masyarakat bersosialisasi hingga beraktifitas dalam ruangan selama Pandemi Covid-19.
Seperti diketahui sebelumnya selama berbulan-bulan, WHO bersikeras bahwa Covid-19 ditularkan melalui tetesan atau droplet yang dikeluarkan ketika orang batuk atau bersin.
Baca: Awan Setho Raharjo Khawatir Pandemi Covid-19 yang Terus Merebak Penyebarannya
Tetesan yang tidak melekat di udara, tetapi jatuh ke permukaan, itu sebabnya mencuci tangan telah diidentifikasi sebagai langkah pencegahan utama.
Namun, 239 ilmuwan dari 32 negara tidak setuju, mereka mengatakan ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus ini juga dapat menyebar di udara, yakni melalui partikel yang jauh lebih kecil yang mengapung berjam-jam setelah orang berbicara, atau bernapas.
Sebuah surat terbuka dari ratusan ilmuwan tersebut menuduh WHO meremehkan kemungkinan penularan melalui udara.
WHO sejauh ini mengatakan bahwa virus ditularkan melalui tetesan (droplet) ketika orang yang positif batuk atau bersin.
"Kami ingin mereka mengakui bukti," Jose Jimenez, seorang ahli kimia di University of Colorado, dilansir Tribunnews.com dari BBC, Kamis (9/7/2020).
"Ini jelas bukan serangan terhadap WHO. Ini debat ilmiah, tetapi kami merasa kami harus mengumumkannya kepada publik karena mereka menolak untuk mendengar bukti setelah banyak percakapan dengan mereka," katanya.
Peneliti lainnya, Profesor Benjamin Cowling dari Universitas Hong Kong, mengatakan kepada BBC bahwa temuan itu memiliki implikasi penting.