TRIBUNNEWS.COM, AFRIKA - Sebuah video mengerikan berdurasi dua menit dari seorang oknum tentara wilayah Afrika menjadi viral di media sosial.
Dalam video itu memperlihatkan seorang wanita sipil dibunuh dengan cara ditembak 36 kali oleh tentara.
Video pembunuhan itu dibagikan oleh beberapa kelompok hak asasi pada hari Senin (14/9/2020) lalu.
Terlihat dalam video tersebut, seorang wanita telanjang lari ketakutan tanpa sehelai benang apapun ditubuhnya.
Ia dikejar oleh sekelompok pria berseragam tentara yang mengelilinginya.
Salah satunya memukul kepala dan tubuh si wanita tanpa busana dengan kayu beberapa kali, sebelum tentara yang lain menembak mati dirinya.
Baca: Pengakuan Perusahaan Mozambik Soal Amonium Nitrat yang Meledak di Beirut: Kami Memesannya tapi . . .
Para tentara itu mengatakan dalam bahasa Portugis "bunuh dia di pinggir jalan", lapor kantor berita Reuters.
Orang-orang itu juga terdengar berteriak "Anda dari al-Shabab", kantor berita AFP melaporkan.
Al-Shabab merujuk pada kelompok jihadis di Afrika Timur, yakni Somalia, Mozambik dan negara lain yang telah memimpin pemberontakan terhadap pemerintah sejak 2017.
Dalam fakta-fakta yang diwartakan oleh BBC Indonesia dalam Yotubenya, Rabu (23/9/2020), bahwa peristiwa pembunuhan itu terjadi antara April atau September.
BBC dan para analis mencoba menguak fakta-fakta dibalik video tersebut mulai dari lokasi kejadian, waktu terjadinya insiden hingga pelaku penembakan.
Baca: Tentara di NTT Viral karena Gotong Royong Iuran Uang Untuk Biaya Persalinan Seorang Ibu
Dimana Insiden itu Terjadi?
Dengan menggunakan teknologi daring yang canggih, BBC dan para analis dapat menemukan lokasi penembakan itu.
Itu berada di wilayah Mozambik bagian Utara, daerah yang dikuasai oleh kelompok bersenjata.
Lebih dalam lagi, itu tepatnya di Jalan di luar kota kecil Oasse.
Kapan Insiden itu terjadi?
Dengan menggunakan sudut bayangan dari pria tentara itu, menunjukkan kejadian diperkirakan antara April atau September namun tidak dapat dipastikan kapan persisnya kejadian itu.
Video yang mengejutkan dunia itu beredar pada awal September 2020, dan tentara Mozambik sedang berada di area itu.
Tentara Mozambik dikerahkan ke daerah tersebut untuk melakukan serangan kepada para pemberontak.
Rumput yang mengering juga mengindikasikan kejadian pada Bulan September, bukan April.
Siapakah Mereka?
Ini yang paling penting, siapakah mereka para pria tentara itu?
Namun, wanita yang berada didalam video tersebut, yang menjadi korban dari penembakan belum teridentifikasi.
Tapi dalam video tersebut, kondisi jalanan terlihat kosong.
Tampaknya wanita itu tertinggal ketika warga sipil lainnya memilih mengungsi ketempat yang aman.
Baca: Ini yang Dipertimbangkan Memodernisasi Sistem Keamanan Fasilitas Industri Saat Pandemi Covid-19
Namun, para pakar menduga bahwa para pria yang mengenakan baju seragam tentara itu adalah Tentara Mozambik.
“Kami sudah mengidentifikasi seragam yang mereka kenakan adalah seragam yang sama yang dikenakan oleh Tentara Mozambik,” kata David Matsinhe, Peneliti Amnesty International.
Lebih lanjut, ia mengatakan, itu dapat dilihat dari apa yang didasari dari penggunaan warga seragam tentara.
“Yakni, berwarna hijau dan coklat kamuflase corak kulit kadal, sepatu bot, jaring cokelat, dan tali bahu bewarna kuning dan hitam,” katanya.
Sementara itu, seragam dan logat bahasa yang digunakan oleh tentara itu menguatkan dugaan.
“Dalam video itu, para tentara berbicara dengan bahasa Portugis, dengan aksen selatan (khas Mozambik). Yang artinya ada kemungkinan besar mereka adalah tentara Mozambik,” ujar Zenaida Machado, Peneliti Human Right Watch.
“Karena dari apa yang kami tau, para pemberontak berbahasa Swahili, dalam beberapa kasus, mereka juga berbahasa Arab, Makhuwa dan Makonde,” jelasnya.
Media lokal memberitakan, bahwa pelaku sudah teridentifikasi, yakni seorang prajurit yang mungkin sudah dibunuh.
"FDS (Pasukan Pertahanan dan Keamanan) menegaskan kembali bahwa mereka tidak setuju dengan tindakan biadab yang mendukung pelanggaran hak asasi manusia," kata tentara Mozambik dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah Membantahnya
Menteri Pertahanan Mozambik, Jaime Neto mengatakan bahwa sebuah video yang memperlihatkan orang-orang berpakaian seragam tentara memukuli dan membunuh seorangwanita telanjang telah direkayasa.
Video itu dikatakan telah direkam di provinsi Cabo Delgado yang kaya gas, di mana pasukan pemerintah sedang memerangi pasukan pemberontak Islam garis keras.
Para pemberontak tersebut dikenal sebagai al-Shabab, dan telah berjanji setia kepada kelompok militan ISIS.
Kementerian pertahanan mengutuk rekaman itu sebagai "mengerikan", dan mengatakan akan melakukan penyelidikan untuk menentukan apakah itu asli.
Berbicara di stasiun televisi lokal pada hari Rabu (16/9/2020), Neto mengatakan video itu telah diedit oleh "orang jahat" untuk merendahkan citra militer.
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mengatakan orang-orang yang bertanggung jawab atas pembuatan video tersebut akan diperkenalkan di depan publik dan dihukum.
Namun pemerintah membantah tuduhan itu, dengan mengatakan para pemberontak dikenal "menyamar sebagai tentara".
“Pasukan Mozambik akan melanjutkan operasi untuk memulihkan perdamaian di wilayah tersebut,” kata Neto.
Apa yang dikatan Neto sedikit ada benarnya, karena dalam video lainnya, para pemberontak menjarah senjata tentara awal tahun 2020, dengan modus berpura-pura menjadi tentara.
Bahkan menggunakan seragam tentara untuk menguasai kota.
Mengapa pembunuhan itu bisa terjadi?
Video yang beredar itu mungkin mengerikan, tetapi tidak begitu spesial. Nyatanya, banyak video seperti ini beredar di media sosial yang direkam di daerah terpencil di Mozambik.
Baca: Begini Cara Mudah Mendapatkan Bantuan Rp500 Ribu dari Pemerintah, Cukup Klik Link dan Isi Datanya
Perlu digarisbawahai, kekerasan makin parah, memaksa seperempat juta warga sipil harus mengungsi.
Warga sipil semakin terusik karena konflik tentara dan kelompok pemberontak.
Wilayah Cabo Delgado adalah rumah bagi salah satu proyek gas alam cair terbesar di Afrika.
Exxon Mobil adalah investor utama dalam pengembangan proyek gas alam senilai USD 60 miliar di lepas pantai wilayah tersebut. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)