Sebelum COVID-19, mereka dipercayakan puluhan tugas termasuk pemeriksaan kematian ibu dan gizi buruk pada anak, vaksinasi dan keluarga berencana.
Sekarang mereka memainkan peran penting dalam memerangi virus corona di pedesaan India.
Mereka diberi tanggung jawab untuk melacak kontak dan memastikan karantina orang yang terinfeksi.
Tapi banyak yang mengalami serangan dari masyarakat yang melihat mereka ini sebagai informan pemerintah yang mengadu.
Baca: Pabrik di India Terdampak Covid-19, Peluncuran Model Baru Renault di Indonesia Tertunda
Masyarakat menganggap pasien COVID-19 sering dibawa ke fasilitas karantina berkualitas buruk dan keluarganya didiskriminasi.
Pengalaman Kiran bukanlah kejadian kekerasan satu-satunya.
Para pekerja ASHA lainnya, memiliki cerita pribadi tentang serangan dan pelecehan saat berada di lapangan.
"Sementara perdana menteri menyuruh semua orang untuk tinggal di rumah, kami diperintahkan untuk pergi ke setiap rumah."
"Mensurvei orang, mencari tahu siapa yang sakit, memaksa orang untuk tinggal di dalam rumah dan tidak berkumpul untuk kehidupan yang ada."
"Serangan yang mengancam terhadap pekerja ASHA dan keluarganya," ujar Sunita Rani kepada Sky News.
Baca: Satu Jemaah Tabligh Asal Indonesia Meninggal Dunia Karena Serangan Jantung di India
Reena, seorang pekerja ASHA dari Gohana, mengatakan sempat dipukuli oleh polisi karena pekerjaannya.
"Saya dipukuli dengan sangat parah oleh polisi dalam perjalanan ke tempat kerja."
"Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya adalah pekerja penting dan membantu layanan kesehatan. Tetapi mereka terus memukul saya," paparnya.
Setiap pekerja ASHA bertanggung jawab atas 1.000 hingga 1.500 orang di pedesaan dan daerah semi-perkotaan.