TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Seorang wanita WNI (Warga Negara Indonesia) yang diduga akan melakukan bom bunuh diri ditangkap di Filipina.
Dilansir Al Jazeera, keterangan ini dirilis oleh militer Filipina.
Penangkapan ini terjadi kurang dari dua bulan setelah tragedi bom bunuh diri di Pulau Jolo, Provinsi selatan Sulu, Filipina.
Insiden itu menewaskan 15 orang dan 74 lainnya luka-luka.
Bom bunuh diri dilakukan dua orang wanita.
Baca: Laa Baa, WNI yang Diculik Abu Sayyaf di Perairan Sabah Tewas di Sulu Filipina
Pasukan keamanan menuduh kelompok Abu Sayyaf sebagai dalang kejadian pada 24 Agustus 2020 itu.
Adapun WNI yang baru diamankan pihak berwajib ini diidentifikasi sebagai Rezky Fantasya Rullie.
Satgas Gabungan mengatakan, Rezky menjanda karena suaminya terbunuh di Sulu, Agustus lalu.
Wanita ini juga diyakini merupakan putri dari dua pelaku bom bunuh diri awal tahun lalu.
Kejadian itu terjadi di sebuah Katedral Katolik di Jolo dan menewaskan 21 orang.
Kejadian ini juga dikaitkan dengan kelompok Abu Sayyaf.
"Kami telah mengejar pelaku bom bunuh diri teroris asing di Sulu setelah pemboman kembar kota Jolo (pada Agustus)," kata Brigadir Jenderal William Gonzales.
"Rullie menempati urutan pertama dalam daftar kami sejak kami menerima laporan intelijen bahwa dia akan melakukan bom bunuh diri."
Lebih lanjut pihak militer menemukan rompi dengan bom pipa dan alat peledak rakitan dari rumah di Pulau Jolo.
Diyakini rumah itu milik seorang pemimpin Abu Sayyaf.
Rullie kini ditahan bersama dua wanita, istri dari kelompok Abu Sayyaf.
Abu Sayyaf sudah masuk daftar hitam kelompok terorisme oleh Amerika Serikat.
Abu Sayyaf kerap dikaitkan dengan beberapa insiden bom besar di Filipina.
Selain pemboman, kelompok ini juga kerap melakukan penculikan turis asing dan misionaris Kristen.
Serangan bom bunuh diri dulunya sangat jarang terjadi di Filipina.
Namun sudah ada lima serangan semacam ini sejak Juli 2018.
Abu Sayyaf merupakan kelompok separatis yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao.
Beberapa waktu lalu, seorang WNI menjadi korban kelompok terorisme ini.
Baca: Masih Simpang Siur, Kemenlu Tunggu Informasi Dari KBRI Manila Soal 5 WNI yang Disandera Abu Sayyaf
Dilansir Arab News pada 1 Oktober 2020, nelayan asal Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf (ASG) selama delapan bulan dibunuh.
Komandan Satgas Gabungan (JTF) Sulu, Brigjen Jenderal William Gonzales mengatakan korban adalah satu dari lima orang Indonesia yang diculik di perairan Sabah, Malaysia pada Januari.
Kemudian mereka dibawa ke Sulu dan ditahan di sana.
Jenazah pria itu ditemukan dalam operasi pembersihan menyusul baku tembak antara Batalyon Infanteri 45 Angkatan Darat (45IB) dan ASG di Patikul, Sulu, Selasa (30/9/2020).
"Pasukan kami sedang mengejar anggota ASG yang melarikan diri setelah pertemuan ketika mereka menemukan mayat korban penculikan yang terbunuh," kata Letkol Ruben Guinolbay, komandan Angkatan Darat 45IB.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)