TRIBUNNEWS.COM - Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dituduh melanggar aturan karantina Covid-19 setelah perjalanan dua hari dari Amerika Serikat.
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair telah dituduh melanggar batasan Covid-19 Inggris setelah gagal mengisolasi diri selama dua minggu setelah perjalanan dua hari ke Amerika Serikat, The Sunday Telegraph melaporkan.
South China Morning Post, The Sunday Telegraph mengatakan, pihaknya memperoleh foto yang menunjukkan Tony Blair meninggalkan restoran London, 10 hari setelah kembali dari Washington bulan lalu.
Baca juga: Seberapa Besar Pengaruh Tony Blair Cs Terhadap Pembangunan Ibu Kota Baru?
Baca juga: Donald Trump Dites Negatif Covid-19, Gedung Putih: Dia Tidak Menulari Orang Lain
The Sunday Telegraph mengatakan pihaknya memahami bahwa Blair mengajukan banding kepada pejabat Whitehall untuk dispensasi khusus dari aturan Covid-19.
Tetapi dia tidak diberikan surat pengecualian resmi yang dia perlukan untuk menghindari masa isolasi 14 hari.
Blair berada di Washington untuk menghadiri upacara Gedung Putih di mana Israel menandatangani perjanjian yang membangun hubungan formal dengan Bahrain dan UEA.
Baca juga: Korea Selatan: Pedoman Jarak Sosial Level 2 Diterapkan selama Liburan Chuseok
Baca juga: Terapkan Jarak Sosial, Restoran Ini Ubah Parkiran Jadi Tempat Makan
Surat kabar tersebut mengutip juru bicara Blair yang mengatakan, dia diundang oleh pemerintah AS karena peran yang dia mainkan dalam kesepakatan itu, menggambarkan upacara itu sebagai "konferensi diplomatik".
Juru bicara itu juga menegaskan Blair "tidak menimbulkan risiko bagi siapa pun" karena ia diuji sebelum keberangkatannya.
Saat tiba di Gedung Putih Blair melakukan tes untuk Covid-19 dan beberapa kali menjalani tes untuk Covid-19 sejak kembali ke Inggris.
Baca juga: Jika Joe Biden Menang, Trump Sebut Demokrat Akan Tunda Vaksin Covid dan Berlakukan Lockdown
Baca juga: Jadi Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru, Tony Blair Punya Organisasi Bantu Negara Berkembang
Beberapa tokoh besar telah dituduh merusak kepercayaan publik terhadap tanggapan virus corona pemerintah Inggris dengan melanggar atau tampak melanggar aturan.
Pada bulan Mei, penasihat paling senior Perdana Menteri Boris Johnson, Dominic Cummings, menolak untuk berhenti setelah diketahui bahwa ia telah berkendara sejauh 450 kilometer dari London ke Inggris utara ketika semua kecuali perjalanan penting dilarang.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)