TRIBUNNEWS.COM - Wakil Presiden Urusan Global dan Komunikasi Facebook Nick Clegg mengatakan, pihaknya telah menolak sekira 2,2 juta iklan di Faceebook dan 120.000 iklan di Instagram karena tak menginginkan adanya pemungutan suara" dalam Pemilihan Presiden AS 2020.
Mengutip The Guardian, mantan Wakil Perdana Menteri Inggris itu mengatakan kepada Journal de Dimanche, Minggu (18/10/2020), peringatan telah diunggah pada 150 juta contoh informasi palsu yang diposting online.
Secara terpisah, The Guardian pada 2018 lalu melaporkan, Facebook telah meningkatkan upayanya untuk menghindari terulangnya peristiwa Pemilu 2016 lalu.
Saat itu, pemilihan dimenangkan oleh Donald Trump dan Facebook digunakan Rusia untuk upaya manipulasi pemilih.
Baca juga: Jika Trump Menang Pemilu AS 2020, PM Palestina: Tuhan Tolong Kami dan Seluruh Dunia
Baca juga: Pemilu AS 2020: Lebih dari 57 Juta Orang Saksikan Debat Cawapres AS
Ada masalah serupa menjelang referendum Inggris 2016 tentang meninggalkan Uni Eropa.
“Tiga puluh lima ribu karyawan menjaga keamanan platform kami dan berkontribusi untuk pemilihan,” kata Clegg.
“Kami telah menjalin kemitraan dengan 70 media khusus, termasuk lima di Prancis, dalam verifikasi informasi,” tambahnya.
AFP adalah salah satu mitra tersebut.
Clegg menambahkan, perusahaan juga menggunakan kecerdasan buatan yang telah "memungkinkan untuk menghapus miliaran kiriman dan akun palsu, bahkan sebelum mereka dilaporkan oleh pengguna".
"Facebook juga menyimpan semua iklan dan informasi tentang pendanaan dan asalnya selama tujuh tahun untuk memastikan transparansi," katanya.
Baca juga: Pemilu AS 2020: Ahli Katakan, Jika Aman, Biden Siap Hadapi Trump dalam Debat Kedua
Baca juga: Jadwal Debat Pemilu AS 2020 Kamala Harris vc Mike Pence, Catat Tanggal dan Waktunya
Pada 2016, ketika dia masih menjadi Wakil Perdana Menteri Inggris, Clegg mengeluh kepada Journal du Dimanche bahwa Facebook tidak mengidentifikasi atau menekan satu jaringan asing yang ikut campur dalam pemilihan AS.
Pada hari Rabu, Trump menegur Facebook dan Twitter karena memblokir tautan ke artikel New York Post yang dimaksudkan untuk mengungkap transaksi korup oleh saingan pemilu Joe Biden dan putranya Hunter di Ukraina.
Sehari sebelumnya Facebook mengumumkan larangan iklan yang membuat orang enggan divaksinasi, sehubungan dengan pandemi virus corona yang menurut raksasa media sosial itu telah "menyoroti pentingnya perilaku kesehatan preventif".
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)