News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Presiden AS

Jika Menang, Trump Akan Pangkas Lagi Jumlah Pengungsi Di AS Sampai Level Terendah, Biden Sebaliknya

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(COMBO) Kombinasi gambar yang dibuat pada 22 Oktober 2020 ini menunjukkan Presiden AS Donald Trump (kiri) dan kandidat Presiden dari Partai Demokrat dan mantan Wakil Presiden AS Joe Biden saat debat terakhir presiden di Belmont University di Nashville, Tennessee, pada 22 Oktober 2020 .

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji sekali lagi akan mengurangi jumlah pencari suaka yang diizinkan untuk bermukim kembali di AS.

Ini menjadi sebuah keputusan yang tentunya menyoroti perbedaan kebijakan yang sangat tajam antara Trump dengan pesaingnya dari Partai Demokrat Joe Biden menjelang pemilu AS.

Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (28/10/2020), Trump membatasi jumlah pengungsi yang akan diterima di negara itu sebanyak 15.000.

Angka ini diyakini menjadi rekor terendah sejak dimulainya program pengungsi di negara itu.

Dalam sebuah memo yang diterbitkan pada Selasa malam waktu setempat, Trump mengatakan bahwa batas baru Tahun Anggaran 2021 yang dimulai pada Oktober ini, termasuk diantaranya 6.000 slot pengungsi yang tidak terpakai sejak tahun lalu dan dibiarkan kosong karena pandemi virus corona (Covid-19).

Baca juga: Situs Resmi Kampanye Presiden Trump Diretas

Secara total, 5.000 tempat disediakan untuk pengungsi yang menghadapi penganiayaan agama, 4.000 untuk pengungsi dari Irak yang membantu militer AS di wilayah tersebut, dan 1.000 untuk pengungsi dari El Salvador, Guatemala dan Honduras.

Baca juga: Pilpres AS Tinggal Sepekan, 9 Negara Bagian Ini akan Menentukan Trump atau Biden yang Bakal Menang

Sementara 5.000 slot tersisa terbuka untuk pelamar pengungsi lainnya.

Namun karena dugaan risiko terorisme, pencari suaka dari Somalia, Suriah dan Yaman dilarang berpartisipasi dalam program tersebut, kecuali dalam kondisi khusus.

Dalam perintahnya, Trump mengatakan bahwa hanya negara bagian dan lokalitas yang secara jelas menyatakan kesediaan mereka untuk menerima pengungsi, yang harus diminta menampung para pencari suaka.

Ia juga menekankan, komunitas yang memilih untuk menerima pengungsi pun harus siap mendukung kesuksesan pengintegrasian mereka ke dalam masyarakat Amerika dan memastikan proses transisi yang mulus ke dalam angkatan kerja.

Sejak awal masa jabatannya, Trump telah melakukan pemangkasan drastis pada jumlah pengungsi yang diizinkan untuk memulai hidup baru di AS.

Tahun Anggaran 2020 memiliki kuota 18.000 orang.

Sementara itu pada Tahun Anggaran 2016, saat Presiden ke-44 AS Barack Obama memimpin, ia memberikan suaka pada hampir 85.000 pengungsi.

Di sisi lain, Senator Demokrat Dianne Feinstein mencela langkah Trump dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada awal pekan ini.

"Kami tidak dapat meninggalkan peran kepemimpinan global Amerika dengan mengabaikan orang-orang ini," cuit Feinstein dalam akun Twitternya yang menyertakan salinan surat tersebut.

Demokrat telah menyerang pendekatan garis keras Trump terhadap imigrasi menjelang pemilihan presiden 3 November mendatang.

Biden Bahkan telah berjanji untuk meningkatkan penerimaan pengungsi menjadi 125.000 orang per tahun dan meningkatkan jumlahnya dari waktu ke waktu jika dia mengalahkan petahana Partai Republik itu.

"Menawarkan harapan dan tempat berlindung yang aman bagi pengungsi adalah bagian dari diri kita sebagai sebuah negara," kata Biden dalam kampanyenya.

Trump telah menerima pujian dan cemoohan karena tembok pemisah yang dibangun di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

Perlakuan pemerintahannya terhadap imigran ilegal yang ditahan saat menyeberang ke negara itu juga mendapat sorotan, meskipun Trump secara cepat menunjukkan bahwa beberapa praktik yang paling tidak manusiawi, termasuk menempatkan anak-anak migran di 'kandang' sebenarnya telah dimulai di bawah pemerintahan Obama.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini