TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Yuan terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini, naik melebihi semua mata uang di kawasan Asia, di tengah pemulihan ekonomi China akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Data Bloomberg menunjukkan, perdagangan mata uang China di daratan melonjak sekitar setengah persen menjadi 6,6789 per dolar AS pada Jumat pagi.
Yuan dalam negeri, yang secara resmi dikenal sebagai renminbi atau RMB, masih naik tipis 0,3 persen terhadap greenback pada pukul 7 pagi GMT, sementara renminbi lepas pantai naik sekitar 0,2 persen.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (31/10/2020), apresiasi mata uang China muncul saat ekonomi terbesar kedua di dunia itu terus pulih dari krisis akibat pandemi.
Sementara negara-negara besar lainnya masih berjuang untuk kembali ke jalurnya di tengah meningkatnya jumlah infeksi virus ini.
Ekonomi China berkembang 4,9 persen pada kuartal ketiga 2020, ekspor dan impor negara itu pun meningkat tajam pada September.
Baca juga: Operasi Moneter, Bank China Tukar Dolar AS ke Yuan
Yuan menyelesaikan Oktober ini dengan kenaikan sekitar 1,5 persen, angka ini telah menguat secara signifikan sepanjang 2020, naik sekitar empat persen terhadap dolar AS.
Beberapa analis mengatakan bahwa mereka melihat adanya potensi bagi mata uang China ini untuk bergerak lebih tinggi.
Menurut prediksi analis dari Morgan Stanley, Yuan China dapat menjadi mata uang cadangan terbesar ketiga di dunia dalam 10 tahun.