Pendidikan toleransi harus bertujuan melawan pengaruh yang menyebabkan ketakutan dan pengucilan orang lain.
Selain itu, pendidikan harus membantu anak muda mengembangkan kapasitas untuk penilaian independen, pemikiran kritis dan penalaran etis.
Keberagaman agama, bahasa, budaya, dan etnis di dunia kita bukanlah dalih untuk konflik, tetapi merupakan harta yang memperkaya kita semua.
Tujuan Toleransi
Dikutip dari toleranceday.org, toleransi tidak diperlukan jika kita sepakat.
Kita diperbolehkan untuk tidak setuju, tetapi cara dan sikap yang kita gunakan untuk mengekspresikan pandangan kita itulah yang penting.
Hari Toleransi Internasional adalah untuk merayakan keberagaman dan toleransi dalam praktik, dan untuk memastikan bahwa kita ingat untuk memberi ruang bagi pendapat satu sama lain.
Jika opini atau ide tidak dapat diterima atau tidak dapat dipertahankan di mata kita, adalah tugas kita untuk berbicara dan membantahnya.
Bagaimanapun kita harus mencoba untuk memahami perspektif orang lain, mengembangkan dialog dan membangun saling pengertian, yang berpuncak pada hidup berdampingan secara damai.
Toleransi adalah menghormati hak orang lain atas suatu pendapat atau praktik, bukan pendapat atau praktik itu sendiri.
Baca juga: Hari Toleransi Internasional Diperingati 16 November, Simak 10 Kutipan Tokoh tentang Toleransi
Baca juga: Wapres: Generasi Muda ASEAN Punya Keistimewaan karena Hidup dalam Toleransi dan Kerukunan
Cara Melawan Intoleransi:
Dikutip dari laman United Nations, ada 5 cara yang bisa dilakukan untuk melawan atau mengatasi intoleransi, di antaranya:
1. Hukum: Pemerintah bertanggung jawab untuk menegakkan hukum hak asasi manusia, untuk melarang dan menghukum kejahatan kebencian dan diskriminasi dan untuk memastikan akses yang sama ke penyelesaian sengketa.
2. Pendidikan: Hukum diperlukan tetapi tidak cukup untuk melawan intoleransi, penekanan yang lebih besar perlu ditempatkan pada pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik.