Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Orang Jepang takut sama setan sejak kecil merasakan hal itu dengan pendidikan Shinto nya.
Itu sebabnya rumah jiko bukken (yang pernah terjadi sesuatu misalnya ada yang bunuh diri) harga menjadi jatuh. Namun kini ada yang melihat sebagai kesempatan membeli karena murah.
"Benar sekali. Properti jiko bukken umumnya jatuh harganya karena dua hal. Pertama karena persediaan rumah banyak sekali di Jepang, mengapa harus beli rumah yang menyeramkan itu, misalnya bekas tempat orang bunuh diri di dalamnya," kata Yoichi Ikemoto, Pemred majalah Recruit Housing Info SUUMO kepada Tribunnews.com Rabu ini (18/11/2020).
Hal kedua menurut Ikemoto karena kaitan kepercayaan atau agama orang Jepang itu sendiri.
"Orang Jepang yang memiliki kepercayaan Shinto sejak kecil memang sudah ketakutan akan roh-roh halus tersebut sesuai pendidikan Shinto yang diterimanya. Semua hal terkait kehidupan ada dewa atau roh di dalamnya sesuai dengan alam yang ada. Jadi kita percaya akan setan akan roh halus tersbeut dan menjadi ketakutan. Makanya harga properti jiko bukken jadi jatuh," jelasnya lagi.
Meskipun demikian karena harga properti jadi sangat turun gara-gara jiko bukken tersebut, maka beberapa orang menganggapnya kini justru sebagai kesempatan baik membeli properti jiko bukken mumpung murah.
"Ada yang kini mulai tidak peduli dengan hal tersebut dan melihat sebagai kesempatan memperoleh bisnis dan kesempatan beli yang baik karena mendapat diskon cukup besar, maka dibelilah properti tersebut."
Jiko bukken, umumnya karena ada hal-hal yang dianggap sangat tidak baik terjadi di rumah tersebut. Misalnya ada dulunya yang pernah bunuh diri di rumah tersebut, ada yang penghuninya merasa sakit-sakitan terus setelah tinggal di sana, ada hal di mana rumah itu sempat ambruk dan atau amblas karena sesuatu yang aneh yang tidak wajar tidak normal, pernah ada pembunuhan di rumah tersbeut dan sebagainya.
Selain itu pembelian properti oleh kalangan Asia terutama orang China diakui cukup banyak yang masuk ke Jepang.
"Kalau rumah di perumahan harganya tidak murah-murah, stabil terjaga dengan baik. Tetapi kalau perumahan di kawasan perkantoran, hotel atau fasilitas komersial lain memang harga turun dan karena itu dibeli oleh orang asing mungkin sebagai kesempatan yang baik," tambahnya.
Selain itu Ikemoto juga mengungkapkan adanya kesecenderungan baru munculnya pola pembangunan gedung perumahan yang multi function dan tampaknya semakin banyak.
"Gedung Multiple function semakin banyak, dengan adanya pandemi saat ini. Termasuk memungkinkan kerja misalnya di toilet apabila tidak cukup ruangan untuk bekerja. Itu sebabnya desain ruang akan berubah, karena bekerja di rumah akan semakin banyak sehingga perlu ruangan khusus bekerja di rumah dan harga akan jadi sedikit mahal rumah untuk bisa bekerja di rumah tersebut."
Meskipun demikian dipikirkannya pula karena pembangunan gedung apartemen multi function tersebut pembangunan memakan waktu cukup panjang sekitar 3 tahun maka tidak sedikit perusahaan pembangunan memikirkan dengan sangat serius hal tersebut.
Sementara itu telah terbit buku baru yang sangat menarik, "Rahasia Ninja di Jepang" mengenai berbagai hal rahasia terkait "mata-mata" ninja yang beroperasi di Jepang sejak ratusan lalu lalu, informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com