TRIBUNNEWS.COM - Penguncian atau lockdown ketat selama enam hari di Australia Selatan dicabut lebih cepat dari yang direncanakan, demikian pengumuman otoritas setempat Jumat (20/11/2020).
Dilansir Reuters, lockdown ini dipicu oleh 'kebohongan' seorang pria yang dilacak karena positif Covid-19.
Pengumuman mengejutkan ini terjadi setelah dua hari pemerintah Australia Selatan memutuskan lockdown.
Otoritas setempat membatasi ruang gerak warga dan menutup banyak bisnis demi menanggulangi penularan wabah Covid-19.
Perdana Menteri negara bagian Australia Selatan, Steven Marshall dalam konferensi persnya bercerita soal awal mula lockdown terjadi.
Dia mengatakan ada seorang pria di sebuah bar pizza mengaku kepada petugas pelacak kontak bahwa dia hanya pelanggan membeli pizza di tempat itu.
Baca juga: Rekaman Video Tunjukkan Tentara Australia Bantai Warga Sipil Afghanistan, Korban Termasuk Anak-anak
Baca juga: Setelah dari Australia, Indonesia Berutang ke Jerman Rp 9,1 Triliun
Padahal sebenarnya pria tersebut bekerja beberapa shift di bar pizza bersama pekerja lain yang positif Covid-19.
Dengan pengakuannya itu, pihak berwenang berasumsi pria tersebut tertular virus hanya dengan paparan yang singkat.
Sehingga otoritas percaya virus tersebut pasti sangat menular.
"Kisah mereka (pria itu) tidak sesuai. Kami mengejar mereka. Kami sekarang tahu bahwa mereka berbohong," kata Marshall kepada awak pers.
"Seandainya orang ini jujur kepada tim pelacakan kontak, kami tidak akan melakukan lockdown selama enam hari."
"Mengatakan bahwa saya marah tentang tindakan individu ini adalah pernyataan yang sangat meremehkan."
"Tindakan egois individu ini telah menempatkan seluruh negara kita dalam situasi yang sangat sulit," kata Marshall.
Meskipun wabah Covid-19 masih mengkhawatirkan, Marshall mengatakan pembatasan dicabut lebih awal.
Perintah untuk tinggal di rumah berakhir mulai Sabtu tengah malam waktu setempat dan bisnis boleh beroperasi kembali.
Disinggung soal hukuman kepada pria itu, Komisaris Polisi Grant Stevens mengatakan tidak ada hukuman kepada oknum yang berbohong seperti itu menurut undang-undang.
Meskipun nantinya kemungkinan akan ditinjau.
"Saya pikir sudah jelas untuk mengatakan bahwa tindakan orang ini memiliki dampak yang menghancurkan pada komunitas kami," kata Stevens.
"Kesulitan tidak hilang dari kita."
Stevens mengatakan tim yang menyelidiki kesaksian pria itu kepada pelacak kontak mengaku tidak puas dengan fakta yang mereka dapatkan.
Baca juga: Crown Group Kenalkan Hotel Apartemen dengan Layanan Mewah Ketiga di Australia
Baca juga: WHO: Kalau Saja 95 Persen Orang Pakai Masker, Lockdown Bisa Dihindari
Stevens tidak mengetahui motivasi pria itu hingga memberi informasi menyesatkan kepada tim pelacak kontak.
Australia Selatan yang berpopulasi 1,8 juta jiwa ini telah mencatat 25 kasus dari klaster terbaru.
Klaster ini muncul dari pelancong yang baru kembali dari Inggris.
Jumlah kasus baru di negara bagian itu diperkirakan masih akan meningkat selama beberapa hari ke depan.
Sebenarnya negara secara keseluruhan relatif berhasil menanggulangi penyebaran wabah Covid-19.
Saat ini hanya sekitar 95 kasus aktif di negara ini.
Sementara itu negara bagian Victoria pada Jumat (20/11/2020) melaporkan hari ke-21 nol kasus.
Pencapaian ini merupakan hadiah terbaik setelah kota terbesar di negara bagian itu, Melbourne melakukan lockdown maraton dengan ketat.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)