Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Dua putra dari Ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh, mengatakan bahwa ayah mereka ditembak empat atau lima kali dalam serangan di pinggiran kota Teheran, Iran.
Pernyataan tersebut mereka sampaikan dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh media pemerintah Iran pada hari Jumat lalu.
Fakhrizadeh dituduh Israel dan AS telah memimpin program senjata nuklir Iran, dan tewas dalam penyergapan ala militer pekan lalu.
Serangan tersebut dilaporkan menunjukkan sebuah truk berisi bom meledak di dekat mobil Fakhrizadeh dan sejumlah orang kemudian menembakkan senjata ke mobil Ilmuwan itu.
Baca juga: Iran Tuduh Barat Dukung Israel atas Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Mohsen Fakhrizadeh
Setelah Fakhrizadeh terbunuh, Iran kemudian menuding Israel melakukan serangan itu dan mengancam akan melakukan balas dendam.
Israel belum secara terbuka menanggapi tuduhan bahwa mereka yang harus bertanggung jawab dibalik aksi ini.
Baca juga: Tak Butuh Waktu Lama, Iran Berhasil Identifikasi Pelaku Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Mohsen Fakhrizadeh
Dikutip dari Times of Israel, Minggu (6/12/2020), dalam wawancara yang disiarkan oleh kantor berita IRIB Iran, dua putra Fakhrizadeh mengatakan pembunuhan itu 'benar-benar seperti perang'.
Mereka tampaknya tidak bersama Fakhrizadeh selama peristiwa terjadi.
Meskipun beberapa laporan awal menyampaikan bahwa anggota keluarganya tengah bepergian bersama Ilmuwan senior itu.
Baca juga: Pejabat AS Sebut Israel di Balik Pembunuhan Ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh
Kedua putranya mengatakan bahwa ibu mereka juga sedang duduk di samping sang ayah saat penembakan terjadi. Namun sang ibu tidak terkena satu pun peluru.
Laporan The New York Times sebelumnya mengatakan istri Fakhrizadeh telah menderita luka akibat pecahan peluru selama serangan itu.
"Ayah saya ditembak empat hingga lima kali," kata salah satu putra Fakhrizadeh.
Kedua putra yang enggan disebutkan namanya itu menjelaskan, Fakhrizadeh sebelumnya telah diperingatkan oleh tim keamanannya agar tidak bepergian pada hari di mana dirinya terbunuh, namun ia tetap pergi keluar untuk menghadiri rapat.
Cerita mereka tentang aksi baku tembak ini tampaknya bertentangan dengan klaim pejabat Iran bahwa Fakhrizadeh dibunuh oleh senjata produksi Israel yang dikendalikan dari jarak jauh.
Pengamat melihat klaim ini sebagai cara bagi rezim Iran untuk menghindari tanggung jawab karena tidak bisa mencegah pembunuhan dan tidak menangkap para pembunuh Fakhrizadeh.
Aksi pembunuhan keji tersebut akan semakin meningkatkan ketegangan antara AS dan Iran jelang berakhirnya masa jabatan Presiden AS Donald Trump.
Fakhrizadeh merupakan seorang perwira di Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, yang dituding AS sebagai organisasi teroris.
Nyaris satu dekade lalu, Israel telah lama dicurigai melakukan serangkaian pembunuhan terarah terhadap Ilmuwan nuklir Iran, terkait upaya mereka dalam membatasi program senjata nuklir Iran.
Namun belum ada komentar resmi terkait tudingan tersebut.
Terkait dampak dari serangan terhadap Fakhrizadeh dan tudingan Iran kepada Israel, pejabat negara zionis itu pun telah memperingatkan warganya yang bepergian ke luar negeri, bahwa mereka mungkin saja menjadi sasaran serangan teror Iran setelah pembunuhan itu.