TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Uang tunai senilai 50 miliar poundsterling atau sekitar 67,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 950,34) triliun dikabarkan "hilang" di Inggris.
Dilansir dari CNN, Minggu (6/12/2020) Komite Parlemen Inggris Met Hillier pun meminta agar bank sentral, Bank of England menyelidiki "hilangnya" uang tersebut.
Ketua Komite Keuangan Parlemen Inggris Met Hillier menyatakan uang senilai Rp 950,34 trilliun ada di suatu tempat, namun bank sentral tidak mengetahui di mana, oleh siapa atau untuk apa uang itu digunakan.
"Mereka perlu untuk lebih peduli terhadap keberadaan di mana hilangnya uang tersebut," jelas dia dalam sebuah keterangan tertulis.
Baca juga: Diangkut Pakai Garuda, 1,2 Juta Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia dari China
Namun demikian, bank sentral segera merespon hal itu.
"Anggota parlemen tidak perlu menjelaskan kepada bank mengapa mereka (masyarakat) ingin memegang uang kertas. Artinya, uang kertas tidak hilang," ungkap Juru Bicara Bank of England.
Timbun Uang Kertas
Di tengah peningkatan penggunaan traksaksi digital, permintaan uang tunai masih meningkat di banyak negara maju sejak krisis keuangan global.
Hasil survei oleh Bank of International Settlement pada tahun 2018 lalu menunjukkan, hal itu didorong oleh suku bunga yang rendah, yang membuat imbal hasil menabung di bank cenderung lebih kecil.
"Kami melihat adanya peningkatan oenggunaan uang tunai sebagai pengembali nilai uang, hal ini berkebalikan dengan fungsi transaksinya," ujar salah satu pimpinan Bank of England Sarah John dalam sebuah kesaksian di depan Komite Keuangan Publik pada Oktober lalu.
Kekhawatiran mengenai kekuatan lembaga keuangan juga sejak tahun 2008 lalu juga menjadi salah satu penyebab hal itu terjadi.
Meski ada penurunan permintaan terhadal uang kertas dan koin pada puncak pandemi virus corona (Covid-19) tahun ini, namun hal itu sudah pulih dengan semakin banyak orang yang menimbun lebih banyak uang tunai di rumah.
Jumlah sirkulasi uang kertas di Inggris mencetak rekor tertinggi, yakni sebesar 4,4 miliar dollar AS dengan total nilai sebanyak 76,5 poundtserling berdasarkan hasil laporan National Audit Office (NAO) pada September lalu.
Sementara pada tahun 2000 lalu, jumlah uang tunai yang beredar sebanyak 1,5 miliar dengan nilai sebesar 24 miliar dollar AS.