Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Sebuah bendera Israel yang berisi tulisan "Terima kasih, Mossad" dikabarkan terlihat berkibar di Iran.
Menurut gambar yang diposting di media sosial ini, bendera tersebut digantung di papan reklame kota Teheran.
Sejauh ini, belum ada informasi mengenai siapa yang memasang bendera negara zionis itu.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (9/12/2020), pengibaran bendera itu terjadi nyaris dua minggu setelah otoritas Iran menyalahkan intelijen Israel serta kelompok politik Mujahidin Rakyat Iran, terkait pembunuhan Ilmuwan nuklir terkemuka negara itu, Mohsen Fakhrizadeh.
Israel pun belum secara resmi menanggapi tuduhan itu, sementara Iran telah lama mencurigai badan intelijen Israel 'Mossad' berada di balik serangkaian pembunuhan terhadap Ilmuwan Iran.
Beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) tampaknya mengkonfirmasi hipotesis Iran dengan mengatakan bahwa Fakhrizadeh dibunuh oleh intelijen Israel.
Baca juga: Pangeran Saudi Kritik Pedas Israel atas Palestina: Mereka Hancurkan Rumah & Bunuh yang Diinginkan
Seorang pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa dunia harus 'berterima kasih' kepada Israel atas pembunuhan Fakhrizadeh.
Pejabat tersebut menegaskan, Israel akan terus bertindak untuk membatasi program nuklir Iran.
Mohsen Fakhrizadeh selama ini dianggap sebagai Bapak Program Nuklir Iran.
Komunitas internasional pun mencurigai Iran telah mengembangkan senjata nuklirnya selama bertahun-tahun.
Pada 2015 lalu, setelah bertahun-tahun melakukan negosiasi, Iran akhirnya menandatangani perjanjian Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang umumnya dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.
Di bawah perjanjian yang ditandatangani oleh Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS itu, Iran menekan program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi dan embargo senjata.
Baca juga: Jika AS Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir Iran, Arab Saudi: Negara Teluk Harus Diajak Konsultasi
Namun saat Presiden AS Donald Trump, menjabat pada tahun 2017, ia mengkritik keras JCPOA dan menyebutnya sebagai kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan.
Terlepas dari peringatan dan kritik dari negara penandatangan lain, Trump pun menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.
Pada tahun yang sama, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengklaim Iran sedang mengerjakan proyek rahasia untuk membuat bom nuklir.
Netanyahu menuduh bahwa Fakhrizadeh adalah Kepala program tersebut dan mengatakan kepada pendukungnya untuk 'mengingat nama itu'.
Presiden Terpilih pada Pemilu AS 2020 dari Partai Demokrat Joe Biden, telah memberikan isyarat bahwa dirinya bersedia menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran.
Namun, pemerintahan Trump siap mengambil tindakan untuk mencegah Demokrat agar tidak membuat AS bergabung kembali dengan kesepakatan tersebut.
Trump disebut berencana 'menenggelamkan' Iran dalam sanksi, sehingga lebih sulit bagi Biden untuk mencabutnya.
Sebuah laporan dari The Wall Street Journal (WSJ) juga menyatakan bahwa Trump bahkan telah bertanya kepada penasihatnya terkait potensi serangan pada situs nuklir Iran.
Sementara Fakhrizadeh dibunuh hanya 11 hari setelah laporan dari WSJ.