Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Reklamasi tanah yang dilakukan Vietnam di beberapa pulau di Laut China Selatan (LCS) terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir.
Tanah yang direklamasi itu kini sedang dilengkapi dengan instalasi militer baru.
Seperti yang diungkapkan sebuah think tank yang terhubung dengan Universitas Peking, South China Sea Probing Initiative (SCSPI).
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (9/12/2020), serangkaian cuitan terbaru SCSPI telah mendorong perhatian pada perubahan terbaru di Pulau Sand Cay dan Spratly, dua pulau yang diklaim Vietnam di Kepulauan Spratly.
Baca juga: Konflik di Laut China Selatan, Indonesia Minta Semua Negara Menahan Diri
Gambar satelit menunjukkan kedua pulau itu masih mengalami proses perluasan dan pembangunan dalam beberapa bulan terakhir dan terjadi pengerukan pelabuhan lanjutan, dengan helipad dan dermaga juga terlihat di Sand Cay.
Begitu pula stasiun radar 3D besar dan situs peluncuran rudal juga sedang dibangun di Storm Island.
Sejak 2011 silam, Vietnam telah melipatgandakan ukuran kedua pulau tersebut, menambahkan 9 hektar ke Sand Cay dan 40 hektar ke Pulau Storm.
Baca juga: Siapa Capres AS yang Menguntungkan RI, Dibayangi Isu Perang Dagang dan Konflik Laut China Selatan
Menurut Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah think tank yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), secara keseluruhan Vietnam menempati 27 'fitur' di Kepulauan Spratly, 10 di antaranya adalah pulau kecil, sisanya adalah platform yang dipasang di bebatuan dan terumbu yang terendam.
Pulau-pulau tersebut merupakan dua terbesar dalam rangkaian Kepulauan Spratly dan rangkaian pulau kecil yang membentang di tengah LCS.
Beberapa negara bahkan telah mengklaim seluruh atau sebagian Spratly, karena perairan ini memiliki kekayaan laut yang sangat menjanjikan.
Baca juga: Mike Pompeo: AS Akan Temukan Cara Baru untuk Bekerja Sama Dengan Indonesia di Laut China Selatan
Selain itu, wilayah tersebut juga kemungkinan besar memiliki deposit minyak bumi yang tinggi di bawah dasar laut.
Negara yang mengklaim wilayah itu termasuk Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, Chia dan Taiwan.
Sementara itu, Dekan Hubungan Internasional di Ho Chi Minh University of Social Sciences and Humanities, Trung Nguyen mengatakan pada 2019 lalu bahwa Vietnam sengaja menjaga agar aksinya terlihat lebih tenang dan lebih kecil cakupannya.
"Pemerintah Vietnam telah memperjelas bahwa mereka baru saja merebut kembali pulau-pulau itu untuk pertahanan diri, dan mereka tidak berkembang secara besar-besaran untuk tujuan lain. Saya rasa pemerintah Vietnam tidak ingin menarik banyak perhatian dari negara lain tentang reklamasi mereka, jadi itulah alasan mereka ingin melakukannya secara diam-diam," kata Nguyen.
SCSPI pun telah meminta atensi pada upaya reklamasi lahan yang luas serta peningkatan aktivitas militer di serangkaian pulau di kawasan LCS yang dikendalikan Vietnam.
Menurut lembaga itu, selama ini AS dan sekutunya selalu menyalahkan China terkait upaya serupa yang bertujuan untuk memperkuat klaimnya atas wilayah tersebut.
Namun Vietnam dan Taiwan yang juga melakukan hal serupa, ternyata tidak mendapatkan perhatian yang sama.