TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM – Didukung penuh pemerintahan Presiden AS Donald Trump, Israel berhasil menarik sejumlah negara Arab menormalkan hubungan politik antarnegara.
Setelah Uni Emirat Arab dan Bahrain, Sudan dan Maroko di Afrika utara, resmi berdamai dengan negara zionis itu. Beberapa negara di kawasan Teluk, dikabarkan akan segera menyusul.
Mesir dan Yordania, termasuk Turki, sudah lebih awal menjalin hubungan politik dengan Israel. Turki dalam waktu dekat akan segera menempatkan kembali duta besarnya di Israel.
Proses politik dan diplomasi di balik perdamaian negara-negara Arab dan Afrika itu ternyata berlangsung sangat rahasia.
Media The Times of Israel, Rabu (16/12/2002), membeber, bagaimana para diplomat yang terlibat negosiasi menutup rapat-rapat identitasnya selama bertahun-tahun.
Kini, wajah mereka perlahan mulai muncul ke publik setelah Menlu Israel Gabi Askhenazi, menggelar acara khusus untuk para diplomat maupun agen yang terlibat proses tersebut.
Meski demikian, nama-nama asli sebagian dari mereka tidak tetap tidak diungkapkan. Rata-rata, para negosiator ini bekerja menggunakan identitas palsu.
Baca juga: Raja Mohammad VI dan PM Netanyahu Saling Memuji Keputusan Perdamaian Maroko-Israel
Baca juga: Pengakuan AS Atas Sahara Barat Jadi Konsesi Perdamaian Maroko-Israel
Baca juga: Trump Umumkan Israel-Sudan Akhirnya Sepakat Normalisasi Hubungan
Sebagian malah bekerja bukan sebagai diplomat, namun bertujuan untuk mempromosikan betapa pentingnya normalisasi hubungan negara Arab dengan Israel.
Melahirkan Anak di Uni Emirat Arab
Seorang Israel yang menyamar di sebuah negara Arab bahkan melahirkan seorang bayi laki-laki di negara tersebut. Ini mungkin pertama kalinya seorang warga negara Israel lahir di Uni Emirat Arab.
"Ini adalah upaya keluarga demi memajukan hubungan yang paling penting dengan negara Israel," katanya kepada surat kabar Yedioth Ahronoth pekan lalu.
“Kami membayar harga yang tidak terlalu kecil, tetapi melihat hasil dari pekerjaan kami di lapangan membuat kami bangga atas butiran pasir yang kami sumbangkan sebagai sebuah keluarga untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik,” imbuhnya.
Selama bertahun-tahun, diplomasi diam-diam Israel di UEA dan negara-negara Teluk lainnya, yang sekarang terbuka, menjadi salah satu rahasia terburuk yang disimpan di kawasan itu.
Tapi nama dan cerita dari 20 atau lebih perempuan dan laki-laki yang mendorong upaya tertutup ini sebagian besar juga masih disembunyikan.
Kamis pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Israel di Yerusalem menggelar upacara menghormati para diplomat yang selama dua dekade terakhir bertugas di berbagai kota di Teluk.
"Perdamaian hari ini dibangun di atas hubungan pribadi yang telah kami bangun selama bertahun-tahun," kata seorang diplomat yang tidak disebutkan namanya pada upacara tersebut.
Pernyataannya dikirimkan Kemenlu Israel kepada The Times of Israel. Menlu Gabi Ashkenazi mengatakan “Abraham Accord” menguak kegiatan rahasia Israel selama dua decade terakhir.
“Ini saat yang tepat menyoroti mereka yang bekerja jauh dari perhatian,” kata Askhenazi. “Saya berharap dalam waktu dekat kami dapat mengungkapkan (sepenuhnya) kegiatan penting yang telah Anda lakukan untuk negara Israel. Anda adalah ujung tombak diplomasi Israel," pujinya.
Pengakuan Diplomat Menyaru Jadi Pebisnis
Dalam video berbahasa Ibrani tentang upacara yang diposting di Facebook oleh Kemenlu Israel, seorang diplomat yang tidak disebutkan namanya mengatakan, hari itu ia sulit membayangkan apa yang telah mereka lakukan di tempat tugasnya.
“Ini adalah misi yang paling menarik, menurut saya, yang ditawarkan oleh Kementerian Luar Negeri,” diplomat lain menambahkan.
Kementerian Luar Negeri menolak beberapa permintaan wawancara dan bahkan tidak mengizinkan publikasi nama-nama diplomat mana pun yang dihormati karena bertugas di Teluk, dengan alasan masalah keamanan.
Tetapi dalam percakapan pribadi, beberapa dari mereka mengungkapkan mereka memiliki kisah menarik untuk diceritakan.
Pengalaman di tahun-tahun mereka mengabdi secara diam-diam di dunia Arab. Beberapa di antaranya mungkin baru akan dipublikasikan beberapa tahun dari sekarang.
Cuplikan kisahnya, para diplomat di Teluk itu kerap beroperasi menggunakan identitas palsu. Seringkali berpura-pura menjadi pebisnis, kamuflase yang memungkinkan mereka membantu membangun hubungan perdagangan bersama dan mendorong inisiatif diplomatik.
"Para diplomat bekerja sebagian besar untuk menciptakan peluang komersial bagi bisnis Israel yang tertarik untuk mempromosikan hubungan perdagangan di kawasan itu, tetapi juga meningkatkan hubungan diplomatik antar negara," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Bahkan dengan hubungan diplomatik yang sekarang terbuka, keahlian itu akan terus berguna, membantu hubungan perdagangan yang sedang berkembang.
“Kami juga dapat membantu komunitas bisnis Israel di masa depan, berkat keakraban kami dengan budaya bisnis dan perdagangan di Teluk,” kata seorang diplomat yang bertugas di UEA antara 2005 dan 2008.
Seperti postingan lainnya, mereka yang ditempatkan di Teluk sering kali membawa serta keluarga mereka, atau membina rumah tangga di tempat tugasnya.
“Kami mengalami banyak tantangan dan frustrasi, tetapi juga momen bersejarah. Terpenting, setidaknya dari sisi keluarga, adalah kelahiran anak kami, ”kata perempuan diplomat yang bertugas di Teluk antara 2007-2009, dan kembali antara 2012-2014.
Jatuh Cinta di Negara Arab saat Bertugas
Diplomat lain mengatakan dia bertemu dan jatuh cinta dengan calon suaminya saat menjalankan misi rahasia.
“Di tempat yang paling tidak mungkin, di mana Anda dapat menghitung jumlah orang Israel di satu sisi, kami menemukan satu sama lain. Keluarga kami lahir di Teluk,” kenangnya.
"Kedamaian tidak tiba-tiba jatuh dari langit," lanjutnya. “Banyak pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang selama bertahun-tahun. Senang sekali melihat bagaimana negara sekarang menuai benih perdamaian yang kami tabur pada saat itu," katanya.
Beberapa diplomat Israel telah berbicara tentang pekerjaan rahasia mereka dengan pejabat Teluk. Setelah upacara di Gedung Putih 15 September 2020, saat UEA dan Israel menandatangani perjanjian perdamaian, Jeremy Issacharoff, Dubes Israel untuk Jerman, memposting foto di akun Twitternya.
Ia foto selfie bersama Duta Besar Emirat untuk AS Yousef al-Otaiba. Issacharoff membubuhkan keterangan, “Pada hari ini setelah bertahun-tahun tentang persahabatan dan kontak rahasia, kami sekarang bisa berfoto bersama tanpa penutup muka,” tulisnyanya.
“Saya telah mengenal Yousef al-Otaiba selama bertahun-tahun. Selama waktu ini kami mengembangkan persahabatan pribadi berdasarkan kepercayaan, kebijaksanaan, dan kredibilitas timbal balik, ”tambah Issacharoff kepada The Times of Israel dalam sebuah wawancara pada saat itu.
"Sangat jarang dalam diplomasi memiliki kesempatan untuk melihat hubungan berkembang dari kontak awalnya, dan dapat menyaksikan formalisasinya menjadi hubungan diplomatik penuh seperti yang kita lakukan di halaman Gedung Putih," katanya.
"Itu juga sangat simbolis bertemu Yousef di upacara dan akhirnya bisa “melepas masker” hubungan, meski hanya sesaat," tambahnya merujuk protokol Covid-19.
“Ini adalah penyelesaian hubungan pribadi yang sekarang membuka lingkaran yang jauh lebih besar antara kedua negara kita,” tambah Issacharoff.(Tribunnews.com/TOI/xna)