News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Jepang Anggap Remdesivir Bagus untuk Pasien Covid-19, Tapi WHO Tak Berikan Rekomendasi

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Obat Remdesivir.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemerintah Jepang menganggap obat Remdesivir bagus dan efektif. Namun badan kesehatan dunia (WHO) malah tidak merekomendasikan obat tersebut untuk mengatasi Covid-19.

"Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan telah memperluas cakupan administrasi obat virus corona Remdesivir untuk memasukkan pasien pneumonia yang sakit sedang (moderate) selain pasien konvensional yang sakit parah. Tak ada masalah, obat itu bagus," papar sumber Tribunnews.com, Minggu (9/1/2021).

Remdesivir secara khusus disetujui oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepanng pada Mei 2020 sebagai obat terapeutik untuk virus corona.

Pada prinsipnya, pemberian Remdesivir terbatas pada pasien sakit kritis yang memakai respirator buatan dan alat kardiopulmoner buatan (ECMO).

Satu botol obat Remdesivir terletak saat konferensi pers tentang dimulainya penelitian obat Ebola Remdesivir pada pasien yang sakit parah di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman utara pada 8 April 2020 (Ulrich Perrey / POOL / AFP)

Setelah itu, data uji klinis tambahan diajukan oleh perusahaan farmasi, dan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan memperluas cakupan administrasi untuk pasien pneumonia yang sakit sedang, dengan mengatakan bahwa "obat itu manjur telah dikonfirmasi bahkan pada pasien yang tidak parah."

Di sisi lain, karena terbatasnya suplai ke Jepang, untuk sementara suplai akan terbatas pada institusi medis yang ingin menggunakannya untuk pasien sakit kritis.

Bagi WHO sempat mengumumkan pada November 2020 bahwa obat itu tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada pasien rawat inap, dengan mengatakan bahwa “tidak ada efek signifikan yang mengarah pada penurunan mortalitas”.

Baca juga: Excess Money Jepang Terulang Kembali, Kali Ini Untuk Covid-19

Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan menyatakan, "Sejauh ini hal itu tidak mempengaruhi evaluasi. Bagus obat itu," papar sumber Tribunnews.com.

Sementara itu telah terbit buku baru "Rahasia Ninja di Jepang" berisi kehidupan nyata ninja di Jepang yang penuh misteri, mistik, ilmu beladiri luar biasa dan tak disangka adanya penguasaan ilmu hitam juga. informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini