News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pompeo Nyatakan Houthi sebagai Kelompok Teroris, Dikhawatirkan akan Perburuk Krisis Yaman

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Washington akan menunjuk militan Houthi yang didukung Iran di Yaman sebagai organisasi teroris.

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan, Washington menyebut militan Houthi yang didukung Iran di Yaman sebagai organisasi teroris.

Sebelumnya, langkah ini telah diperingatkan oleh kelompok bantuan karena dapat melumpuhkan upaya penanganan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Mengutip NBC,  dalam pernyataan yang dirilis Minggu malam (10/1/2021), Mike Pompeo menjelaskan bahwa penunjukkan militan Houthi sebagai kelompok teroris mulai berlaku pada 19 Januari 2021, sehari sebelum Presiden terpilih Joe Biden dilantik.

Baca juga: DPR Menekan Mike Pence untuk Mencopot Donald Trump, Pemakzulan Dilakukan Jika Wapres Tak Bertindak

Baca juga: Trump Memilih Tak Datang, Mike Pence Akan Hadiri Pelantikan Presiden Terpilih Joe Biden

Foto Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Washington akan menunjuk militan Houthi yang didukung Iran di Yaman sebagai organisasi teroris. (FINANCIAL TIMES)

Mike Pompeo mengatakan, dia juga bermaksud menunjuk tiga pemimpin kelompok itu, Abdul Malik al-Houthi, Abd al-Khaliq Badr al-Din al-Houthi dan Abdullah Yahya al Hakim sebagai teroris internasional.

“Penunjukan ini akan memberikan alat tambahan untuk menghadapi aktivitas teroris dan terorisme oleh Ansarallah,” katanya.

Pernyataan Mike Pompei ini mengacu pada kelompok yang juga dikenal sebagai Houthi.

Baca juga: 8 Tentara Arab Saudi Dikabarkan Tewas karena Serangan Rudal Kelompok Houthi

Baca juga: Kelompok Militan Houthi Tembakkan Rudal Jarak Jauh ke Fasilitas Minyak Arab Saudi

29 Juta Orang Butuh Bantuan Kemanusiaan

Setelah enam tahun konflik sengit yang mengadu domba antara militan Houthi melawan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, 80 persen dari populasi Yaman, lebih dari 29 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Menurut Komite Penyelamatan Internasional, para ahli telah menyatakan kondisi kelaparan untuk hampir 17.000 orang akibat konflik ini.

Sejak 2015, lebih dari 112.000 orang diperkirakan tewas sebagai akibat langsung dari kekerasan tersebut.

Menurut Reuters. kelompok Houthi adalah secara de facto adalah pemegang otoritas di Yaman utara, badan-badan bantuan kemanusiaan harus bekerja sama dengan kelompok tersebut untuk memberikan bantuan.

Lebih lanjut, Pompeo mengatakan bahwa AS berencana menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak penunjukkan aktivitas kemanusiaan tertentu dan impor ke Yaman.

Langkah-langkah ini mencakup penerbitan lisensi khusus oleh Departemen Keuangan, untuk memungkinkan bantuan AS berlanjut ke Yaman.

"Impor penting seperti makanan dan obat-obatan akan dilindungi oleh izin," tambahnya.

Baca juga: Perang Suriah: 50 Militan Idlib Tewas dalam Serangan Udara Rusia

Save The Children Khawatir Ribuan Anak Kelaparan

Sementara itu, juru bicara Oxfam tidak setuju dengan langkah tersebut.

Juru bicara Oxfam menuturkan bahwa konsekuensi penunjukkan Houthi sebagai kelompok teroris akan dirasakan di seluruh negeri.

"Karena bank, bisnis dan donor kemanusiaan memutuskan tidak dapat mengambil resiko beroperasi di Yaman," katanya.

Di sisi lain, Save The Children mengatakan penunjukan kelompok Houthi sebagia organisasi teroris dapat menempatkan ribuan anak pada resiko kelaparan dan penyakit.

Lalu, Dewan Pengungsi Norwegia pun memperingatkan, penunjukkan Houthi sebagai kelompok teroris akan memberikan "pukulan yang mengancurkan" ke negara yang sudah berada di tengah-tengah bencana kemanusiaan besar-besaran.

Baca juga: Pasukan Koalisi Cemas Ibu Kota Arab Saudi Jadi Target Rudal Kelompok Houthi

Perang Saudara di Yaman

Perang saudara di Yaman dimulai pada tahun 2014 ketika pemberontak Houthi yang didukung Teheran menguasai Ibu Kota Sanaa.

Koalisi militer yang dipimpin Saudi kemudian melakukan intervensi atas nama pemerintah pada 2015, mengubah konflik tersebut menjadi perang proksi antara musuh regional Iran dan Arab Saudi serta konflik domestik.

Menurut Institut Internasional untuk Kajian Strategis, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di London, Teheran mulai memberikan uang, senjata  dan pelatihan kepada Houthi setelah Musim Semi Arab.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini