TRIBUNNEWS.COM - Seorang pengamat dan penulis biografi Kerajaan Inggris menilai Pangeran Charles tidak cocok menjadi Raja Inggris.
Dilansir Express.co.uk, Charles (72) merupakan pewaris takhta setelah Ratu Elizabeth II.
Charles telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya menunggu untuk menggantikan posisi sang ibu.
Namun belakangan muncul komentar pedas dari seorang pengamat kerajaan bahwa dia tidak cocok menjadi seorang Raja.
Penulis biografi The Last Queen, Clive Irving, mengklaim Charles 'sama sekali tidak cocok' untuk takhta.
Berbicara dengan Today Extra Australia, Irving mengibaratkan pemerintahan Charles nantinya seperti 'mengemudi di atas tebing'.
"Sang Ratu tampak lebih modern daripada Charles."
"Dia (Ratu Elizabeth II) sangat timeless, sedangkan Charles adalah tokoh abad ke-18."
"Itu tidak akan menjadi masalah jika dia tidak mencoba memaksakan seleranya pada orang lain," kata Irving.
Baca juga: Selalu Jaga Ekspresi, Ratu Elizabeth II Terkikik saat Charles dan Diana Menikah, Ini Kata Pengamat
Baca juga: Susul Ratu Elizabeth, Raja Harald dan Ratu Sonja dari Norwegia Terima Vaksinasi Covid-19
Penulis itu menilai Charles sangat berbeda dengan ibunya dan menganggap Ratu berhasil menyembunyikan 'misteri' selama 68 tahun memerintah.
"Dia (Ratu) mengerti dari kata pergi, ketika dia menjadi Ratu pada tahun 1952, bahwa Anda harus mempertahankan misteri itu."
"Orangnya bukan intinya, mahkota adalah intinya, institusi adalah intinya," ungkap pengamat kerajaan ini.
Irving menyebut suasana 'misteri' yang ada pada Ratu Elizabeth II sangat penting karena tidak ada orang yang benar-benar tahu siapa Ratu sebenarnya.
"Kami tidak tahu pendapatnya tentang apapun, kami tidak benar-benar tahu perasaannya tentang apapun."
"Orang mungkin memberi tahu Anda bagaimana perasaannya (Ratu), tetapi mereka tidak benar-benar tahu."
Di sisi lain, Charles lebih terbuka mengenai pikiran dan perasaannya.
Bahkan Irving mengatakan bahwa publik tahu terlalu banyak tentang sosok Pangeran Charles ini.
"Anda memiliki Ratu, yang selalu berhasil menyembunyikan apa yang sebenarnya dia pikirkan tentang apapun," jelas Irving.
"Dan Charles, yang kita kenal hampir terlalu banyak, aku merasa kita tahu lebih banyak daripada yang perlu kita ketahui tentang Charles."
"Dia benar-benar berbeda dalam sifat dan perilaku dengan ibunya," imbuhnya.
Komentar Irving muncul setelah survei dari YouGov pada awal Desember menunjukkan dua dari lima orang ingin melihat Pangeran Charles naik takhta.
Baca juga: 10 Kemewahan yang Ditinggalkan Meghan Markle dan Pangeran Harry karena Mundur dari Kerajaan
Baca juga: Hubungan Terlarang Charles & Camilla di The Crown, Mantan Staf: Mereka Tak Seperti yang Digambarkan
Sebelumnya, Irving menyatakan bahwa Ratu kemungkinan akan menjadi Ratu terakhir di Inggris.
Sebab semua penerus takhtanya adalah laki-laki, dimulai dari Pangeran Charles, Pangeran William, dan Pangeran George, putra pertama dari William dan Kate.
"Dia salah satu dari tiga tokoh luar biasa dalam sejarah yang merupakan Ratu," kata Irving.
"Itu hal yang sangat emosional, saya pikir. Seluruh sejarah ratu di Inggris akan berakhir dengan yang ini," jelas Irving, dikutip dari Daily Mail.
Selama bertahun-tahun, Charles sangat vokal soal kondisi lingkungan dan iklim.
Awal bulan ini pewaris takhta meluncurkan sebuah proyek baru bernama Terra Cart, sebuah rencana pemulihan ekonomi.
Namun dalam film dokumenter yang menandai ulang tahunnya yang ke-70, Pangeran Wales mengatakan dia akan mengesampingkan kampanyenya ketika naik takhta.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)