TRIBUNNEWS.COM - Video seorang pesenam melakukan rutinitas hariannya di depan kompleks parlemen di Myanmar viral di media sosial.
Dalam video, wanita itu tampak melakukan gerakan senamnya tanpa menyadari ada momen kudeta militer dramatis di belakangnya.
Video itu diunggah ke Twitter oleh Aditya Rah Kaul pada 2 Februari 2021.
Hingga berita ini ditulis, video itu telah ditonton lebih dari 11,8 juta kali.
Dilansir The Guardian, wanita yang diketahui bernama Khing Hnin Wai itu terus berolahraga saat SUV hitam melaju ke pos pemeriksaan keamanan di jalan menuju kompleks Majelis Persatuan di belakangnya.
Seiring dengan lagu upbeat dengan lirik 'abang jago' yang ditarinya, konvoi makin ramai hampir seiring waktu mengikuti musik.
Baca juga: Presiden AS Biden Ancam Beri Sanksi Baru Setelah Kudeta Myanmar dan Penahanan Aung San Suu Kyi
Pesenam itu tampaknya tidak tahu apa yang terjadi di belakangnya.
Ia tetap melanjutkan gerakannya.
Pada satu titik ia terlihat membuat gerakan meninju kecil, saat mobil di belakangnya berhenti sebentar.
Kemudian, saat ia bergerak cepat dari satu sisi ke sisi lain, sosok kecil dalam siluet terlihat bergegas untuk membuka barikade dan membiarkan mobil lewat.
Masih mengutip The Guardian, Khing Hnin Wai mengatakan telah sering merekam banyak video di lokasi itu sebelumnya.
Ia menyebut video yang ia buat itu adalah nyata.
Ia telah merekam video tari di luar majelis selama 11 bulan, katanya.
Dalam video lengkapnya, diposting oleh Khing Hnin Wai di laman Facebook-nya, di mana ia mencantumkan pekerjaannya sebagai guru pendidikan jasmani, sirene dapat terdengar di latar belakang sebelum kendaraan pertama muncul.
Dalam penggerebekan pada Senin (1/2/2021) pagi, militer Myanmar menahan penasihat negara Aung San Suu Kyi dan tokoh senior partai berkuasa lainnya sebelum mengumumkan keadaan darurat dan mengambil alih kekuasaan.
Mereka juga memutus layanan telepon dan seluler di ibu kota dan Yangon.
Ambil Alih Kekuasaan, Militer Myanmar Copot 24 Menteri dan Tunjuk 11 Pengganti
Militer Myanmar merebut kekuasaan pada Senin (1/2/2021) dalam kudeta terhadap pemerintahan sah yang dipilih secara demokratis Aung San Suu Kyi, yang ditahan bersama dengan para pemimpin sipil lainnya dalam penggerebekan dini hari.
Militer mengatakan penahanan Suu Kyi sebagai tanggapan atas dugaan kecurangan pemilu dan menyerahkan kekuasaan kepada Panglima Angkatan Bersenjata yang mau pensiun Jenderal Min Aung Hlaing.
Militer pun mengumumkan keadaan darurat selama setahun di negara Asia Tenggara itu.
Merangkum pertemuan junta, militer mengatakan Min Aung Hlaing, yang telah mendekati masa pensiun, telah berjanji akan mempraktikkan "sistem demokrasi multipartai yang disiplin yang tulus."
Dia menjanjikan pemilu yang bebas dan adil serta serah terima kekuasaan kepada partai pemenang, katanya, tanpa memberikan jangka waktu.
Junta kemudian mencopot 24 menteri dan menunjuk 11 pengganti untuk menjabat di sejumlah kementerian termasuk keuangan, pertahanan, urusan luar negeri dan dalam negeri.
Suu Kyi, Presiden Win Myint dan para pemimpin para pemimpin senior partai Liga Demokrasi (NLD) ditangkap pada dini hari, Senin (1/2/2021), kata juru bicara NLD Myo Nyunt kepada Reuters melalui telepon.
Kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan setidaknya 45 orang telah ditahan militer Myanmar.
Sebuah video yang diposting ke Facebook menunjukkan penangkapan anggota parlemen regional Pa Pa Han.
Suaminya memohon kepada orang-orang dengan pakaian militer berdiri di luar gerbang. Seorang anak kecil dapat terlihat menempel di dadanya dan meratap.
Pasukan dan polisi anti huru-hara berdiri di Yangon di mana penduduk berbondong-bondong ke pasar untuk menimbun persediaan dan yang lain berbaris di ATM untuk menarik uang tunai.
Bank menangguhkan layanan tetapi mengatakan mereka akan membuka kembali mulai Selasa (2/2/2021).
Penahanan itu muncul setelah berhari-hari ketegangan antara pemerintah sipil dan militer terjadi setelah pemilu terbaru, di mana partai Suu Kyi memenangkan 83 persen suara.
Baca juga: Presiden AS Biden Ancam Beri Sanksi Baru Setelah Kudeta Myanmar dan Penahanan Aung San Suu Kyi
Pengambilalihan tentara akan menempatkan Myanmar "kembali di bawah kediktatoran", kata pernyataan yang telah ditulis sebelumnya di Facebook seperti mengutip Suu Kyi.
"Saya mendesak orang-orang untuk tidak menerima ini, untuk menanggapi dan dengan sepenuh hati untuk memprotes kudeta oleh militer," katanya.
Reuters tidak dapat menghubungi pejabat NLD mana pun untuk mengkonfirmasi kebenaran pernyataan tersebut.
Para pendukung militer merayakan kudeta melalui Yangon dengan truk pickup dan melambaikan bendera nasional.
"Hari ini adalah hari di mana orang-orang bahagia," kata seorang biksu nasionalis kepada kerumunan orang dalam video yang dipublikasikan di Facebook.
Aktivis demokrasi dan pemilih NLD merasa ngeri dan marah. Empat kelompok pemuda mengutuk kudeta itu dalam pernyataan dan berjanji untuk "berdiri bersama rakyat" tetapi tidak mengumumkan tindakan spesifik.
"Negara kami adalah burung yang baru saja belajar terbang. Tetapi sekarang tentara mematahkan sayap kami," kata aktivis mahasiswa Si Thu Tun.
Pemimpin senior NLD Win Htein mengatakan dalam sebuah postingan Facebook pengambilalihan kekuasaan oleh panglima angkatan bersenjata menunjukkan ambisinya daripada kepedulian terhadap negara.
Alasan Tahan Suu Kyi Cs
Militer Myanmar mengungkap alasan penahanan terhadap pemimpin de-facto hasil pemilu Aung San Suu Kyi dan para pemimpin senior partai Liga Demokrasi (NLD), pada Senin (1/2/2021).
Bukan hanya Aung San Suu Kyi yang ditahan, para pemimpin senior partai Liga Demokrasi (NLD) turut juga diamankan militer. Presiden Myanmar Win Myint juga ikut ditahan.
Reuters melaporkan, Senin (1/2/2021), Aung San Suu Kyi dan elite partai Liga Demokrasi ditahan dalam penggerebekan dini hari oleh militer Mynmar.
Militer Myanmar mengatakan pihaknya melakukan penahanan terhadap para pemimpin senior pemerintah sebagai tanggapan atsa kecurangan pemilihan umum tahun lalu.
Hal ini disampaikan militer dalam video yang disiaran stasiun televisi milik militer setelah Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi ditahan.
"Militer mengatakan telah melakukan penahanan sebagai tanggapan atas kecurangan pemilu,” jelas militer Mynmar, seperti dilansir Reuters, Senin (1/2/2021).
Dalam video yang disiarkan di televisi milik militer, diumumkan kekuasaan telah diserahkan kepada panglima angkatan bersenjata, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.
Telepon dan Internet Sulit Diakses
Saluran telepon dan koneksi internet terganggu di Ibu Kota Naypyitaw dan pusat kota komersial utama Yangon, setelah militer Mynmar merebut kekuasaan dan menahan pemimpin de-fakto Aung San Suu Kyi, pada Senin (1/2/2021).
Bukan hanya Aung San Suu Kyi yang ditahan, para pemimpin senior partai Liga Demokrasi (NLD) turut juga diamankan militer.
Reuters melaporkan, Senin (1/2/2021) , Aung San Suu Kyi dan elite partai Liga Demokrasi ditahan dalam penggerebekan dini hari oleh militer Mynmar.
“Militer mengambil alih balai kota di Yangon dan data internet seluler dan layanan telepon di kubu NLD terganggu,” kata warga.
“Konektivitas internet juga telah turun drastis,” kata layanan pemantauan NetBlocks.
Militer Mynmar mengambil alih kekuasaan atas pemerintah selama setahun dan mengumumkan keadaan darurat.
Hal itu diumumkan setelah pemimpin teripilih secara demokratis Aung San Suu Kyi ditahan oleh militer Mynmar, Senin (1/2/2021).
Reuters melaporkan, Senin (1/2/2021) , Aung San Suu Kyi dan elite partai Liga Demokrasi ditahan dalam penggerebekan dini hari oleh militer Mynmar.
Kini kekuasaan diserahkan kepada panglima militer Mynmar, Jenderal Min Aung Hlaing.
Seorang juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon untuk mencari komentar lebih lanjut terkait kondisi terkini.
Juru bicara NLD Myo Nyunt membenarkan Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint dan para pemimpin NLD lainnya telah ditahan.
“Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint dan para pemimpin NLD lainnya telah "diambil" pada dini hari,” kata juru bicara NLD Myo Nyunt kepada Reuters melalui telepon.
Dia meminta agar tidak menanggapi hal ini secara gegabah dan membiarkan hukum berjalan sesuai aturan berlaku.
"Saya ingin memberi tahu orang-orang kami untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum," katanya.
Dia menambahkan bahwa dia bisa juga akan ikut ditahan bersama Suu Kyi.
Reuters kemudian tidak dapat menghubunginya.
Penahanan itu muncul setelah berhari-hari meningkatnya ketegangan antara pemerintah sipil dan militer yang membangkitkan kekhawatiran akan adanya kudeta setelah pemilihan. (Reuters/AP/AFP/BBC/Channel News Asia)
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Srihandriatmo Malau)