Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di sejumlah wilayah Inggris pasca ditemukannya kasus varian baru di sana.
Mengomentari daerah munculnya varian baru, Prof Pollard mengatakan, belum ada "perubahan mendadak" di mana orang yang telah divaksinasi berakhir di rumah sakit setelah tertular virus.
"Virus hanya akan bertahan jika mampu membuat versi baru dari dirinya sendiri yang tetap bisa menyebar meski sudah memiliki kekebalan," ujarnya.
"Dalam uji coba di wilayah tempat varian baru muncul, kami tidak melihat perubahan tiba-tiba di mana banyak orang yang divaksinasi berakhir di rumah sakit," tambah Pollard.
Namun dia menambahkan bahwa juri masih belum memutuskan apakah orang perlu divaksinasi ulang atau tidak agar tidak bertambah parah hingga masuk rumah sakit.
Pollard mengomentari pernyataan otoritas kesehatan Inggris yang mengatakan, mungkin masyarakat butuh vaksin penguat untuk melindungi dari varian baru.
Baca juga: UPDATE Corona 11 Februari 2021: 76.911 Suspek Covid-19 Dipantau Satgas
Baca juga: Jokowi Tegaskan Vaksinasi Covid-19 Dilakukan Secara Klaster, Bukan Perorangan
Profesor Jonathan Van-Tam mengatakan, jika varian Afrika Selatan menjadi umum di Inggris, kelompok berisiko tinggi dapat diberi vaksin yang diperbarui.
Studi tentang vaksin AstraZeneca di Afrika Selatan tidak dapat menyimpulkan apakah vaksin efektif melawan penyakit parah.
Sebab, dalam kasus yang disebabkan oleh varian Afrika Selatan melibatkan partisipan yang masih muda.
Sudah setahun lebih virus corona menjangkiti sebagian besar negara di dunia.
Hingga Kamis (11/2/2021), ada 107.925.010 kasus Covid-19 di dunia.
Jumlah kematian mencapai 2,3 juta dengan pasien sembuh sebanyak 79,9 juta.
Kasus terbanyak dimiliki Amerika Serikat dengan 27,8 juta total kasus infeksi.
Adapun Inggris berada di posisi ke-5 kasus Covid-19 terbanyak di dunia.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)