TRIBUNNEWS.COM, JEPANG – Gempa 7,3 magnitudo yang mengguncang Jepang, Sabtu (13/2/2021) pukul 23.08 waktu setempat, menarik ingatan kenangan akan bencana tsunami yang melanda Jepang pada 2011 silam.
Gempa itu menyebabkan dinding retak, jendela pecah dan memicu tanah longsor di Fukushima, yang merupakan daerah yang paling dekat dengan pusat gempa.
Lebih dari 100 orang terluka, mengutip laporan Reuters pada Minggu (14/2/2021)
Seorang reporter Reuters mewawancarai Aoi Hoshino (46) warga Iwaki, Jepang yang tengah menyapu pecahan kaca dari sekitar 20 botol wiski di tempatnya yang pecah akibat gempa.
Lalu ia memasukan pecahan botol alkohol itu ke dalam kantong sampah di barnya di jalan belakang di kota Iwaki, sekitar 200 km (120 mil) di utara Tokyo dan tidak jauh dari pusat gempa.
Baca juga: Jepang Diguncang Gempa 7,3 Magnitudo, KBRI Tokyo Imbau WNI untuk Tetap Tenang dan Waspada
Bau alkohol pun memenuhi bar kecil Aoi Hoshino pada Minggu yang berharap dapat segera membuka bar kecilnya yang telah tutup akibat pandemi covid-19 sejak Januari, mengacu pada keadaan darurat yang diumumkan secara lokal.
"Kami terkena pandemi virus corona ini, jadi kami berharap untuk membuka kembali toko kami, dan sekarang ini terjadi," katanya.
“Ini satu hal, setelah hal lainnya,” lanjutnya
Hoshino berencana membuka kembali kedainya pada Senin (15/2/2021) besok
Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter melanda Sabtu jelang tengah malam, yang tampaknya merupakan gempa susulan dari gempa dahsyat yang melanda daerah Fukushima di 2011.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan gempa itu diyakini sebagai gempa susulan dari gempa berkekuatan 9,0 pada 11 Maret 2011.
Gempa tersebut memicu tsunami dan menewaskan hampir 20.000 orang di sepanjang petak luas di timur laut Jepang, dan kecelakaan nuklir Fukushima, yang terburuk di dunia dalam 25 tahun.
Lembaga tersebut memperingatkan gempa susulan selama beberapa hari.
Hoshino mengatakan gempa hari Sabtu membawa kembali kenangan yang menakutkan akan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.
“Tubuh saya segera bereaksi, dan saya tidak bisa berhenti gemetar. Kakiku juga gemetar, tapi aku tidak bisa mengukur apakah lebih aman lari atau tetap di dalam, jadi aku akhirnya melakukan tarian kecil yang aneh,” katanya
Televisi nasional Jepang, NHK, melaporkan sedikitnya 121 orang terluka, termasuk beberapa yang menderita patah tulang. Namun tidak ada kematian yang dilaporkan.
JMA memperkirakan hujan lebat di wilayah yang dilanda gempa pada hari Senin.
Badan itu memperingatkan bahwa bumi mungkin telah melemah akibat gempa, membuatnya rentan terhadap tanah longsor.