TRIBUNNEWS.COM - Guinea deklarasikan wabah Ebola baru setelah tiga orang meninggal dan empat lainnya jatuh sakit.
Dilansir Mirror, Guinea kembali dilanda wabah Ebola semenjak wabah yang sama terjadi di negara itu pada tahun 2013 hingga 2016 lalu.
Para pasien jatuh sakit karena diare, muntah dan pendarahan.
Mereka sempat menghadiri pemakaman di sub-prefektur Goueke.
Orang yang menghadiri pemakaman kemudian diisolasi di pusat perawatan, kata kementerian kesehatan negara itu.
"Menghadapi situasi ini dan sesuai dengan peraturan kesehatan internasional, pemerintah Guinea mengumumkan epidemi Ebola," kata kemenkes Guinea dalam sebuah pernyataan Minggu (14/2/2021).
Orang yang dimakamkan pada 1 Februari adalah seorang perawat di sebuah pusat kesehatan setempat.
Baca juga: Ebola Tak Hanya di Afrika, Wabah Ini Bisa Masuk Ke Semua Negara, Pernah Terjadi di Amerika dan Eropa
Baca juga: Pernah Jadi Wabah Terbesar dan Paling Kompleks, Kini Merebak Lagi di Afrika, Apa Itu Virus Ebola?
Ia meninggal setelah dipindahkan untuk perawatan ke Nzerekore, sebuah kota dekat perbatasan dengan Liberia dan Pantai Gading.
Tahun 2013-2016 lalu, wabah Ebola di Afrika Barat dimulai di Nzerekore, kota sibuk yang menghambat upaya penekanan virus.
Virus terus membunuh setidaknya 11.300 orang, dengan sebagian besar kasus di Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
Memerangi Ebola lagi akan menambah tekanan pada layanan kesehatan di Guinea karena mereka juga memerangi pandemi Covid-19.
Guinea, negara berpenduduk sekitar 12 juta orang, sejauh ini mencatat 14.895 infeksi virus corona dan 84 kematian.
Virus Ebola menyebabkan muntah dan diare parah dan menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh.
Ebola memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada Covid-19.
Tetapi tidak seperti virus corona, virus Ebola tidak ditularkan oleh pembawa asimtomatik.
Kementerian mengatakan petugas kesehatan sedang mencoba melacak dan mengisolasi kontak kasus Ebola dan akan membuka pusat perawatan di Goueke, yang berjarak kurang dari satu jam perjalanan dari Nzerekore.
Pihak berwenang juga telah meminta vaksin Ebola kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), katanya.
Vaksin baru sangat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.
"Merupakan keprihatinan besar melihat kebangkitan kembali Ebola di Guinea, negara yang telah sangat menderita akibat penyakit itu," kata Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, seperti dikutip dalam sebuah pernyataan.
Mengingat seberapa dekat wabah baru itu ke perbatasan, WHO bekerja dengan otoritas kesehatan di Liberia dan Sierra Leone untuk meningkatkan kapasitas pengawasan dan pengujian.
Vaksin dan perawatan yang ditingkatkan membantu upaya untuk mengakhiri wabah Ebola terbesar kedua yang tercatat, yang diumumkan di Republik Demokratik Kongo Juni lalu di mana terjadi hampir dua tahun dan lebih dari 2.200 kematian.
Tetapi pada hari Minggu, DRC melaporkan kasus baru keempat Ebola di provinsi Kivu Utara, di mana kembalinya virus diumumkan pada 7 Februari.
*Apa itu Virus Ebola?*
Virus Ebola awalnya hidup pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti manusia melalui darah hewan yang sudah terkontaminasi virus, merupakan anggota keluarga filovirus.
Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Reston Ebolavirus, Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
*Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi*
Gejala penyakit virus ebola ini didahului demam yang tiba-tiba, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa.
Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi.
Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah. Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40-50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah dan berak darah. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 21 hari.
*Cara Penularan*
Virus Ebola ini menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk feses, saliva, urine, bekas muntahan dan sperma) dari hewan atau manusia yang terinfeksi Ebola.
Virus ini dapat masuk ke tubuh orang lain melalui kulit yang terluka atau melalui membrane mukosa yang tidak terlindungi seperti mata, hidung dan mulut.
Virus ini juga dapat menyebar melalui jarum suntik dan infus yang telah terkontaminasi.
Kelompok yang paling berisiko adalah keluarga, teman, rekan kerja dan petugas medis. Misalnya, mereka yang merawat pasien yang terkena virus Ebola beresiko tertular.
Di rumah sakit, virus ini juga bisa tersebar dengan cepat. Selain itu, penularan juga bisa terjadi jika pelayat menyentuh jenazah yang meninggal karena Ebola. Binatang juga bisa menjadi pembawa virus.
Virus ini mampu memperbanyak diri di hampir semua sel inang. Khususnya kelelawar mampu menularkan virus tersebut. Codot dan kalong termasuk jenis kelelawar besar. Di Afrika, sebagian besar jenis hewan ini membawa virus di dalam tubuhnya, termasuk di antaranya virus Ebola. Tidak seperti manusia, kelelawar kebal terhadap virus-virus tersebut. Karena sering dijadikan bahan makanan, virus yang terdapat pada daging kelelawar dapat dengan mudah menjangkiti manusia.
*Cara pencegahan*
Sama seperti melakukan pencegahan pada Covid-19, pencegahan dan pengendalian infeksi penyakit virus Ebola adalah menghindari kontak langsung dengan pasien.
Melakukan kebersihan tangan (hand hygiene) sesuai prosedur. Ada 5-moments dimana harus dilakukan kebersihan tangan yaitu sebelum kontak pasien, setelah kontak pasien, sebelum melakukan tindakan medis, sesudah kontak dengan bahan infeksius dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Penggunaan APD sesuai dengan prosedur untuk memakai dan melepaskan secara benar.
Bahkan, menghindari kontak langsung dengan penderita maupun jenazah penderita penyakit virus ebola adalah cara yang tepat, karena penyakit ini dapat menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
Menggunakan alat pelindung diri yang lengkap sesuai SOP dan mencuci tangan sesuai prosedur adalah cara terbaik dalam melindungi diri setelah kontak pasien, sebelum melakukan tindakan medis, sesudah kontak dengan bahan infeksius dan setelah kontak dengan lingkungan pasien.
Melakukan vaksinasi bila hendak bepergian ke daerah/negara terjangkit. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari penderita penyakit harus ditangani dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Rina Ayu)