News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Menyusul AS, Inggris dan Kanada Jatuhkan Sanksi pada Junta Myanmar

Penulis: Rica Agustina
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah kendaraan polisi menembakkan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa selama demonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw pada 8 Februari 2021

TRIBUNNEWS.COM - Menyusul Amerika Serikat, Inggris dan Kanada menjatuhkan sanksi kepada pemerintah militer atau junta Myanmar.

Dikutip dari Channel News Asia, sanksi yang dijatuhkan Inggris kepada junta yaitu berupa larangan bepergian untuk tiga jenderal.

Inggris juga mengambil langkah-langkah menghentikan bantuan apa pun yang membantu militer, termasuk dalam urusan bisnis yang bekerja dengan tentara.

Sementara Kanada mengatakan akan mengambil tindakan terhadap sembilan pejabat militer Myanmar.

Adapun penjatuhan sanksi pada junta mendapatkan sambutan baik dari massa unjuk rasa antikudeta, Jumat (19/2/2021).

Pemimpin dan aktivis pemuda Thinzar Shunlei Yi memuji tindakan-tindakan yang dilakukan negara-negara tersebut.

Baca juga: Unjuk Rasa Antikudeta Myanmar Memakan Korban, Demonstran Meninggal Usai Kepalanya Ditembak Polisi

Melalui akun Twitter-nya, Thinzar Shunlei Yi mengatakan pihaknya kini mendesak negara-negara lainnya untuk memiliki tanggapan yang terkoordinasi dan bersatu.

"Kami mendesak negara lain untuk memiliki tanggapan yang terkoordinasi dan bersatu," tulis Thinzar Shunlei Yi.

Massa antikudeta, lanjut Thinzar Shunlei Yi, kini tengah menunggu pengumuman sanksi Uni Eropa pada Senin (22/2/2021).

Mereka juga akan berkumpul di kantor Uni Eropa untuk mendorong dijatuhkannya sanksi termasuk tindakan terhadap bisnis militer.

"Kami akan menunggu pengumuman sanksi Uni Eropa pada tanggal 22," kata dia.

Demonstran Meninggal Setelah Kepalanya Ditembak Polisi

Sementara itu, kabar duka datang dari pengunjuk rasa (demonstran) antikudeta pemerintah militer atau junta Myanmar, Channel News Asia melaporkan.

Unjuk rasa yang berlangsung sejak penggulingan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi, Senin (1/2/2021) telah memakan korban.

Seorang wanita bernama Mya Thwate Thwate Khaing dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (19/2/2021).

Hal itu disampaikan oleh saudara laki-laki Mya Thwate Thwate Khaing, Ye Htut Aung melalui sambungan telepon.

Baca juga: Hacker Meretas Situs Web Propaganda yang Dikelola Pemerintah Militer Myanmar

"Saya merasa sangat sedih dan tidak punya apa-apa untuk dikatakan," kata Ye Htut Aung.

Diketahui, Mya Thwate Thwate Khaing sebelumnya menjadi korban penembakan polisi yang mencoba membubarkan demonstran di Naypyidaw.

Dia tertembak peluru tajam di kepalanya saat unjuk rasa minggu lalu, tepatnya pada Selasa (9/2/2021).

Setelah tertembak, wanita yang baru saja menginjak usia 20 tahun itu dilarikan ke rumah sakit.

Namun, sepekan lebih menjalani perawatan, nyawa Mya Thwate Thwate Khaing tak tertolong.

Adapun kematiannya juga dikonfirmasi oleh rumah sakit tempat dia dirawat.

"Kami memastikan kematiannya pada pukul 11 ​​pagi," kata seorang dokter, yang menolak disebutkan namanya.

"Kami telah mengirim tubuhnya untuk diperiksa," lanjut dia.

Seorang wanita bernama Mya Thwate Thwate Khaing dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (19/2/2021). (Channel News Asia, Naung Kham)

Mya Thwate Thwate Khaing merupakan satu-satunya pengunjuk rasa yang terbunuh sejak dimulainya kudeta.

Karangan bunga ucapan belasungkawa untuk Mya Thwate Thwate Khaing berjajar di rumah-rumah warga.

Kematian Mya Thwate Thwate Khaing juga menjadi seruan bagi para pengunjuk rasa yang kembali turun ke jalan.

"Saya bangga padanya dan saya akan tampil sampai kami mencapai tujuan kami untuknya," kata pengunjuk rasa Nay Lin Htet.

Lebih lanjut, kabar kematian pekerja toko bahan makanan itu pun turut mendapatkan perhatian dari dunia.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini