TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Para pendukung Donald Trump yang melancarkan serangan mematikan terhadap Capitol AS bulan lalu telah mengindikasikan mereka ingin "meledakkan" gedung parlemen dan membunuh anggota Kongres.
Hal itu disampaikan penjabat kepala Kepolisian Gedung Capitol AS pada Kamis (25/2/2021) waktu setempat, seperti dilansir Reuters, Jumat (26/2/2021).
Ancaman menunjukkan para ekstremis dapat menargetkan gedung itu selama pidato oleh Presiden AS Joe Biden, Penjabat Kepala Yogananda Pittman mengatakan kepada anggota parlemen ketika dia menganjurkan keamanan tinggi yang berkelanjutan di sekitar gedung.
Baca juga: Ketua DPR AS akan Bentuk Komite Independen untuk Selidiki Kerusuhan Capitol AS
"Anggota kelompok milisi yang hadir pada 6 Januari lalu telah menyatakan keinginan mereka bahwa mereka ingin meledakkan Capitol dan membunuh sebanyak mungkin anggota Kongres dengan langsung ke state of the union," kata Pittman.
"Kami berpikir bahwa sangat bijaksana jika kepolisian Capitol mempertahankan postur keamanannya yang ditingkatkan dan kuat sampai kami mengatasi kerentanan tersebut ke depan," katanya.
Tanggal upacara pidato kenegaraan Biden kepada State of the Union masih belum diumumkan, tetapi biasanya berlangsung di awal tahun.
Langkah-langkah keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya diberlakukan di Washington menyusul serangan mematikan 6 Januari lalu di Capitol, termasuk pagar atasnya dengan kawat pisau cukur dan pos pemeriksaan yang diawaki oleh Garda Nasional.
Sekitar 5.000 pasukan diperkirakan akan tetap bertahan hingga pertengahan Maret mendatang.
Para pendukung Trump menyerbu Capitol dalam upaya menghentikan Kongres untuk mensertifikasi atau mengesahkan kemenangan elektoral Biden atas petahana dari partai Republik, yang secara keliru mengklaim pemilu November lalu telah penuh kecurangan.
Serangan itu menunda sertifikasi kemenangan Biden beberapa jam, karena anggota parlemen terpaksa melarikan diri dari massa.
Lima orang tewas dalam kekerasan itu, termasuk seorang perwira Polisi Capitol.
Lebih dari 200 orang telah didakwa sejauh ini atas peran mereka dalam kerusuhan, termasuk beberapa dengan hubungan dengan kelompok pendukung Donald Trump ekstimis sayap kanan “Oath Keepers” dan “Proud Boys.” (Reuters)