News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Armenia vs Azerbaijan

PM Armenia Peringatkan Adanya Upaya Kudeta setelah Militer Minta Pengunduran Dirinya

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengabaikan ultimatum para pengunjuk rasa yang meminta dia berhenti karena kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran di Nagorno-Karabakh.

Tidak jelas apakah militer bersedia menggunakan kekuatan untuk mendukung pernyataan yang dikeluarkan Kamis pagi dan ditandatangani oleh Gasparyan dan perwira tinggi militer lainnya.

"Manajemen yang tidak efektif dari pemerintah saat ini dan kesalahan dalam kebijakan luar negeri telah menempatkan negara di ambang kehancuran," kata pernyataan itu.

Konflik Armenia vs Azerbaijan: Upaya Gencatan Senjata Ketiga Gagal Masing-masing pihak menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata (ARIS MESSINIS/AFP)

Baca juga: 6 Minggu Perang, Armenia, Azerbaijan & Rusia Sepakat Damai dan Akhiri Konflik Nagarno-Karabakh

Ketegangan antara tentara dan Pashinyan telah meningkat.

Pashinyan juga memecat wakil kepala pertama Staf Umum, Tiran Khachatryan, awal pekan ini.

Khachatryan mencemooh klaim perdana menteri, hanya 10 persen rudal Iskander yang dipasok Rusia yang digunakan Armenia dalam perang Nagorno-Karabakh meledak akibat benturan.

Sementara itu, Robert Kocharyan, mantan Presiden Armenia mengatakan, Pashinyan "harus pergi" saat meminta orang Armenia untuk "berdiri di dekat" tentara.

"Pihak berwenang yang kalah perang dan menyerahkan tanah harus pergi," tulis Kocharyan di Facebook.

"Ini adalah kebutuhan utama untuk kelahiran kembali nasional kita," ungkapnya.

Moskow juga menyerukan ketenangan Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai tanah Azerbaijan.

Kini Nagarno-Karabakh telah berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia.

Kremlin mengatakan pada Kamis (25/2/2021), pihaknya prihatin dengan meningkatnya ketegangan politik di Armenia, tempat Moskow memiliki pangkalan militer.

Baca juga: Sikap Turki ke Prancis: Jika Tidak Suka Kami Mendukung Azerbaijan, Mengapa Anda Berpihak ke Armenia?

Seorang prajurit Tentara Pertahanan Karabakh menembakkan artileri ke arah posisi Azeri selama pertempuran yang sedang berlangsung di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh pada 4 Oktober 2020. (Handout / RazmInfo/Armenian Defence Ministry / AFP)

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov meminta militer dan pemerintah Pashinyan untuk menyelesaikan perbedaan mereka secara damai dan dalam kerangka konstitusi.

Robin Forestier-Walker dari Al Jazeera, yang secara ekstensif meliput konflik selama bertahun-tahun, mengatakan Pashinyan berada dalam "perjuangan politik dalam hidupnya".

Pernyataan militer mengindikasikan dia kehilangan dukungan angkatan bersenjata.

Upaya untuk mengambil alih kekuasaan dari Pashinyan dan pemerintahan terpilihnya akan menjadi hal yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Armenia.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini