News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Imbauan Ahli Infeksi Menular di Jepang: Nikmati Sakura Jangan Sambil Makan Ramai-ramai

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa imbauan salah satunya jangan ber-sakura sambil makan ramai-ramai.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemerintah Jepang melalui tim ahli penanggulangan Covid-19, mengimbau masyarakat agar menghindari makan ramai-ramai saat melihat Sakura (berhanami) di musim semi Jepang mulai Maret mendatang.

Imbauan ini disampaikan Menteri Yasutoshi Nishimura sebagai ketua tim ahli penanggulangan Covid-19 dan Profesor Shigeru Omi (kanan), Wakil Ketua tim.

"Hindari kumpulan dan keramaian termasuk saat berhanami, jangan makan minum ramai-ramai di musim semi, apalagi sambil bersuara keras yang bisa meningkatkan risiko penularan infeksi lebih lanjut," papar rekomendasi para ahli yang disuarakan terutama oleh Profesor Omi, Jumat (26/2/2021).

Tim ahli menyarankan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, selalu memakai masker dan desinfektan, bekerja dari rumah (teleworks) serta berdiam diri di rumah, jika ke luar batasi sampai maksimum jam 8 malam.

"Terutama 4 daerah seperti Tokyo, Chiba, Kanagawa dan Saitama ada kemungkinan rebound kembali, infeksi meningkat kembali setelah deklarasi darurat dibatalkan 7 Maret mendatang. Jadi supaya tidak rebound kembali tolong kerjasamanya semua pihak untuk tetap tinggal di rumah," ujarnya.

Dr Takao Oomagari, Pusat Nasional Kesehatan dan Pengobatan Global mengungkapkan, "Penting untuk waspada terhadap perlambatan jumlah positif baru dan penyebaran infeksi lagi."

Masataka Inoguchi, Wakil Ketua Asosiasi Medis Tokyo mengimbau, "Jumlah positif baru menurun, tetapi sistem penyediaan (medis) belum pulih. Harap turunkan sebanyak yang Anda bisa."

Gubernur Koike dari Tokyo juga mengimbau warga Tokyo untuk "tetap tinggal di rumah secara menyeluruh."

Baca juga: Pengusaha Jepang Bidang Medis Berharap Kerja Sama Indonesia untuk Keuntungan Bersama

Baca juga: Imbas Pandemi Covid-19, Syahrini dan Reino Barack Hampir 4 Bulan di Jepang

Tindakan pencegahan rebound

Hal penting lainnya untuk mencegah rebound adalah "deteksi tanda".

Alih-alih menangani peningkatan jumlah orang yang terinfeksi kembali nantinya, tangkap tanda-tanda bahwa jumlahnya cenderung meningkat dan lakukan tindakan secepat mungkin.

"Memantau inspeksi" direkomendasikan untuk tujuan itu.

Secara khusus, Jepang melakukan tes PCR atau tes antigen menggunakan air liur di tempat-tempat yang banyak orang datang dan pergi, seperti daerah pusat kota, distrik hiburan, perusahaan, universitas, bandara, dan stasiun.

Melakukan pengujian selalu karena kemungkinan gejala atau infeksi muncul kembali.

Peta deklarasi yang akan dibatalkan dan daerah merah kemungkinan besar bangkit kembali (rebound) yaitu Tokyo Chiba, Saitama dan Kanagawa. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

"Kami menguji sejumlah orang yang tidak ditentukan di daerah berisiko tinggi. Tujuannya adalah untuk memastikan adanya sumber infeksi yang tersembunyi dengan menguji orang tanpa gejala secara acak di lokasi tertentu.

"Jika sejumlah positif muncul dalam jangka waktu tertentu, dapat diambil sedini mungkin karena "ada tanda-tanda infeksi ulang" di daerah tersebut muncul kembali," tambah Profesor Omi.
 
Semakin hangat menjelang musim semi, inilah musim di mana masyarakat ingin keluar dan berkumpul dengan kenalan dan teman.

"Jika deklarasi tersebut dibatalkan, sepertinya Anda akan cenderung merasa rileks, namun pada saat itu, Anda perlu mengingat tindakan pencegahan untuk mencegah rebound dan melihat kembali tindakan Anda sendiri," ujarnya.

Sementara itu bagi WNI yang berkeinginan mendapatkan vaksinasi Covid-19 di Jepang dapat menghubungi Forum BBB, kelompok bisnis WNI yang berdomisili di Jepang dengan email: bbb@jepang.com subject: Vaksinasi

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini