Selain itu, gerakan yang tidak bisa dipikirkan oleh pemain lain digambarkan sebagai gaya Tomoa.
Ada teknik yang disebut Tomoa skip yang diciptakan oleh Tomoa Narasaki dalam kompetisi kecepatan.
Ini adalah teknik untuk mempersingkat waktu dengan melewatkan satu waktu tanpa memegang pegangan kedua (tonjolan) setelah start.
"Saat start itu terpenting kita bisa mengirit waktu, kalau bisa memanfaatkan dengan baik," tambahnya.
Di taman kanak-kanak, dia direkomendasikan untuk melakukan senam karena saraf motoriknya bagus.
Lalu memenangkan hadiah di turnamen prefektur, dan pada saat itu tujuannya adalah mengikuti Olimpiade dengan senam.
Namun, tiba-tiba dia takut untuk melakukan senam dan bahkan tidak bisa masuk ke fasilitas tersebut, sehingga dia berhenti melakukan senam.
Ketika berumur 10 tahun, Tomoa pergi ke tempat olahraga panjat tebing tempat kakaknya dulu dan mulai memanjat.
Pada tahun 2011, ia mengikuti Piala Jepang untuk pertama kalinya di tahun ketiga sekolah menengah pertama. Saat itu dia masih pergi ke gym panjat tebing untuk bermain.
Pada tahun 2014, ia berpartisipasi di Piala Dunia untuk pertama kalinya di tahun ketiga sekolah menengahnya.
Setelah lulus SMA pada tahun 2015, ia menjadi pendaki profesional pada usia 18 tahun.
Saat itu, tidak ada atlet yang tidak melanjutkan kuliah dan menjadi profesional dengan ijazah SMA, dan karena rumah orang tua adalah rumah sakit, Narasaki berpikir untuk melanjutkan ke fakultas kedokteran, tetapi dengan serius memilih jalur profesional.
Ayahnya menyuruhnya berhenti jika tidak mendapatkan hasil dalam dua tahun.
Baca juga: Data Hampir Sejuta Anggota Maskapai Penerbangan ANA Jepang Bocor
Baca juga: Estafet Obor Olimpiade 25 Maret 2021 Dimulai dari Prefektur Fukushima Jepang
Sampai saat itu, Narasaki hampir gagal lolos ke Piala Dunia, tetapi pada tahun 2016, tahun kedua dari karir profesionalnya yang dijanjikan, ia tiba-tiba memenangkan dua Piala Dunia dan memenangkan Kejuaraan Dunia, menjadi pemain top dunia.